IAINUonline – Jangan silau dengan peradaban barat yang dianggap paling maju dan bagus. Sebab, peradaban Nusantara juga tak kalah hebat, bahkan mempunyai keunggulan lebih. Peradaban barat memang sangat maju dengan teknologi dan ilmu pengetahuannya. Sehingga bisa mencipta banyak hal dengan teknologi. Namun, paradaban barat juga punya kegagalan yang besar.
‘’Peradaban barat maju pesat tapi gagal dalam membangun spiritual dan kemanusian,’’ ujar Moh. Mundzir, SE, MA Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban saat memberi sambutan dalam Gathering Edukasi dan Maha Kreasi mahasiswa program studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) IAINU Tuban.
Acara yang mengambil tema “Merangkai Warisan Nusantara dan Pesona Arab untuk Generasi Islam yang Gemilang’’ itu digelar di aula KH. Hasyim Asy’ari kampus IAINU Tuban, Jalan Manunggal Tuban. Acara dibuka Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAINU Tuban, Jamal Ghofir, S.Sos.I, MA serta para dekan, kaprodi dan dosen IAINU Tuban.
Moh. Mundzir mengatakan, tema yang diambil sangat menarik. Itu sesuai tema harlah IAINU Tuban tahun ini yang bertema ‘’Merawat Jagat, Membangun Peradaban’’. Menurut dia, budaya Nusantara sangat kaya dan beragam. Nusantara sangat kaya dengan tradisi warisan leluhur, Budaya dan peradaban Nusantara bahkan lebih maju dibanding peradaban barat sekalipun.
Budaya barat telah gagal mempertahankan spiritualitas dan mengembangkan sisi kemanusiaan, maka perlu peradaban alternatif. Maka budaya dan peradaban Nusantara dan tradisi islam bisa menjadi bagian dari budaya alternatif. Budaya nusantara terus dipertahankan dan kembangkan.
‘’Karena budaya nusantara adalah tradisi yang menyeimbangkan spiritual dan kemanusiaan. Di Indonesia tradisi kita dan budaya masih kental dengan spiritual,’’ urainya.
Jika selama ini kiblat budaya dan tradisi adalah barat, padahal barat sudah mengakui kegagalannya dalam kemajuan itu. Misalnya dengan teknologi bisa membuat senjata. Justru mereka sendiri ketakutan dengan ciptaannya itu.
‘’Karena tanpa adanya nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan, maka bisa mengarah kehancuran. Jadi acara ini jangan hanya seremonial belaka, tapi harus dipahami dan diresapi hikmah dari acara dan tema ini,’’ katanya.
Sedang Jamal Ghofir mengatakan bahwa tema itulah yang diharapkan. Dia meminta acara tersebut benar-benar dihayati. Dia menyebut dalam sejarah, nusantara adalah peradaban yang luar biasa bahkan sudah mewarnai internasional. Sebut peradaban di jaman Kerajaan Singasari, Majapahit dan lainnya.
‘’Maka harus diuri-uri dan dikembangkan serta dijadikan teladan. Sama dengan di NU, mempertahankan hal-hal lama yang baik dan mengambil yang baru yang juga baik,’’ terangnya.
Acara tersebut diisi juga dengan seminar pendidikan dengan tema ‘merancang media pembelajaran berbasis lokal wisdom’ dengan narasumber Irfai Mubaidillah dosen Fakultas Tariyah IAINU Tuban.
Selain itu juga dimeriahkan dengan pentas seni oleh mahasiswa yang menampilkan tarian, baca puisi, menyanyi, drama musikal dan lainnya.
‘’Pentas seni dan acara ghatering ini bagain dari UAS mahasiswa,’’,’’ ujar Kaprodi PIAUD Nurlaili Dina Hafni, M.Pd.(*)