Sumber gambar : nawacita.co
IAINUonline – “Din, Saridin!” Belum lama terlelap karena begadang semalam, Saridin sudah dibangunkan teriakan simboknya yang nyaring di telinga, seperti suara Marpu’ah yang gagal dari audisi karena suara falesnya. Marpu’ah adalah wanita setengah baya yang hobi keluyuran membawa kentongan sambil bernyanyi lagunya Rhoma Irama berjudul; Judi. Lagu yang membuatnya kalah audisi 20 tahun lalu hanya karena keceplosan bersuara ngeeek setelah kata judi.
“Din, Saridin!”
Suara itu akan terus berdenging di telinganya sampai Saridin nampak di depan muka simboknya. Dengan mata setengah terbuka, Saridin datang di sumur. Mencuci muka, dan mengimami salat di musala. Sebagai satu-satunya lelaki di gang rumahnya, Saridin dijadikan imam musala, Saridin bukan orang yang bisa dikatakan ahli ibadah, tapi bacaan dan gerakan salatnya sangat mumpuni untuk bisa mengimami.
Setiap hari di luar waktu mengimami, pekerjaan Saridin hanya keliling mencari orang-orang yang katanya pintar di desanya, bertanya “letak surga itu di mana?”. Di hari minggu, Saridin mendengarkan lagu di warung tetangga. Di radio sedang diputarkan lagu Surga di telapak kaki ibu yang dipopulerkan oleh Dea Ananda.
Surga di telapak kaki ibu
Itulah hadist Nabi Muhammad
Lirik yang terdengar di telinga Saridin itu sangat melekat di otaknya, karena berguru pada sepenggal lirik lagu, sepulang dari warung Saridin langsung mendatangi simboknya. Mengelus-elus kaki simboknya seakan sedang memeluk surga.
“Duh, surgakuu.”
Simbok yang merasa geli, langsung menendang Saridin.
“Mbok, nggak boleh tendang-tendang. Ini surga loh, Mbok. Nanti surganya rusak kalau simbok suka tendang-tendang.”
Simbok berlalu begitu saja karena sudah hafal dengan kelakuan anaknya.
Saat itu hari selasa, Saridin datang ke peternakan kambing, berniat mencari kambing yang bisa dicicil untuk kurban 2 bulan ke depan. Sambil basa-basi sebelum beli, Saridin mencoba bertanya pada kang jaga kandang tentang di mana letak surga.
“Kang, surga itu di mana to?”
“Surga? Kamu cari surga? Gampang.” Jawab kang jaga kandang.
“Di mana, Kang?”
“Di sini!”
“Hah, di sini? Yang bener aja Kang, kandang kambing kok disebut surga.”
“Ya, kamu bersihin kandang ini, kasih makan, kasih minum, bantuin saya. Nanti kamu bakal ketemu surga.”
Mendengar jawaban dari kang jaga kandang, dengan spontan Saridin melupakan niat awalnya mencari kambing cicilan. Dia dengan semangat menggantikan kang jaga kandang untuk membersihkan kandangnya. Sampai hari menginjak sore, Saridin pamit pulang. Mengeluh capek karena hampir seharian tak juga menemukan surga yang dicari.
Dalam perjalanan pulang, Saridin berpapasan dengan Marpu’ah. Yang tak lagi bernyanyi lagu judi seperti biasanya, sekarang Marpu’ah punya lagu baru, Saridin tak tau itu lagu siapa tapi dia ingat sebagian liriknya.
“Untuk menuju surga, kamu perlu menjadi orang yang baik, ikhlas, sabar….”
Seperti halilintar yang menyambar di saat langit terang-benderang. Marpu’ah yang dinyatakan sebagai orang gila oleh warga, ternyata lebih pintar daripada dirinya. Entah dari mana Marpu’ah bisa menciptakan lagu barunya, yang jelas, karena Marpu’ah, Saridin menjadi lebih baik. Sudah tak kelayapan mencari di mana letak surga.
“Ah, Marpu’ah. Ternyata selama ini aku yang gila, bukan kamu. Seharusnya aku mau disuruh simbok ngaji di desa sebelah. Kok ya malah kesana kemari gak jelas.”
Saridin, dengan segenap sesalnya akhirnya bisa menyimpulkan, tentunya setelah ikut ngaji di desa sebelah. Bahwa surga di telapak kaki ibu adalah perumpamaan agar kita hormat pada orang tua, karena rida Allah ada pada ridanya. Selain tentang surga di telapak kaki ibu, surga juga bisa ditemukan di kandang kambing, dengan cara membantu Kang Jaga Kandang menjaga dan membersihkan kambing beserta kandangnya. Karena annadhofatu minal iman, kebersihan adalah sebagian dari iman. Kamu tak perlu berlelah-lelah mencari di mana letak surga, cukup jadilah orang beriman dan berbudi pekerti baik. Tanpa kau cari, surga akan datang dan menjadi milikmu.
Penulis : Nila Apriliana, Mahasiswa IAINU Tuban