Oleh : Rinwanto

Pentingnya menghidupkan musala dengan keilmuan dan pembelajaran sangat relevan dalam konteks kehidupan umat Islam saat ini. Musala, sebagai tempat ibadah, memiliki potensi besar yang tidak hanya terbatas pada fungsi ritual semata, tetapi juga bisa menjadi pusat kegiatan keilmuan dan sosial yang bermanfaat.

Dalam pandangan saya, musala seharusnya lebih dari sekadar tempat untuk salat berjamaah, tetapi juga sebagai sarana untuk memperdalam ilmu agama, mempererat ukhuwah Islamiyah, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitar.

Rasulullah SAW memberikan teladan yang luar biasa dengan menjadikan masjid sebagai tempat pendidikan, bukan hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk berdiskusi, belajar, dan mengajarkan ilmu.

Beliau mengajarkan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, dan hal ini seharusnya diterapkan di setiap musala. Dengan meramaikan musala dengan kegiatan belajar mengajar, kita bisa menghidupkan sunnah Rasulullah SAW sekaligus memperkuat pemahaman agama umat Islam.

Di bulan Ramadan yang penuh berkah ini, kesempatan untuk meningkatkan kualitas ibadah dan ilmu sangat terbuka lebar. Musala yang tidak hanya digunakan untuk melaksanakan ibadah fisik seperti shalat dan membaca Al-Qur’an, tetapi juga untuk diskusi agama, kajian ilmiah, dan berbagi ilmu, akan menghasilkan dampak positif yang luar biasa.

Selain menambah wawasan, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan antar sesama Muslim dan meningkatkan kualitas spiritual umat.

Dengan menjadikan musala sebagai pusat keilmuan, kita juga turut menjaga keberlanjutan ajaran Islam yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Ilmu yang dibagikan dan diterima di musala akan memberikan manfaat yang tidak hanya terbatas pada waktu tertentu, tetapi juga mengalirkan pahala yang terus mengalir.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memanfaatkan musala sebagai sarana untuk menuntut ilmu, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga untuk saling berbagi pengetahuan. Menghidupkan musala dengan pembelajaran akan menciptakan atmosfer yang lebih hidup, bermanfaat, dan membawa berkah bagi semua pihak yang terlibat.

Sebagai contoh, di Musala Nurul Hidayah RT 14 RW 02 Desa Jegulo Soko Tuban, setelah salat Dhuhur, para santri berkumpul untuk mengaji dan setelah jamaah salat tarawih mengikuti forum kajian Islam dilanjutkan tadarusan.

Di malam 10 akhir bulan Ramadan dilanjutkan qiyamul lail, di bulan Ramadan, kegiatan ini semakin hidup. Suasana Ramadan benar-benar terasa hidup, tidak hanya melalui ibadah pribadi, tetapi juga dalam semangat berbagi ilmu dan mempererat ukhuwah.

Keberadaan musala sebagai pusat keilmuan dalam komunitas ini memberikan dampak yang sangat positif dan memberikan manfaat yang besar, baik untuk masyarakat sekitar maupun untuk peningkatan kualitas spiritual umat Islam.(*)

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *