ASRI : Penampakan Kantin yang Asri Nyaman untuk Nongkrong
IAINUonline – Salah satu modal penting belajar di antaranya adalah perut yang tidak kosong. Kecuali saat berpuasa. Karena itu, kebutuhan perut ini juga diperhatikan di kampus Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU).
Setelah beberapa bulan kantin yang biasanya menyedian kebutuhan perut mahasiswa, juga warga kampus lainnya ditutup, karena adanya pandemi, pihak kampus membuka kembali kantin. Kali ini dengan tampilan yang baru. Nama kantin itu Yamahira.
Sebenarnya, sebelum kantin dibuka kembali ada beberapa penjual keliling yang diperbolahkan masuk untuk berjualan di dalam areal kampus. Sehingga kebutuhan perut mahasiswa tetap terjaga.
Setelah kantin dibuka kembali, para pedagang tersebut sudah tidak diperbolehkan lagi untuk berjualan di dalam.
Bu Ati pengelola kantin IAINU itu. Kantin menyajikan berbagai macam makanan dan minuman. Seperti nasi pecel, gorengan, jajanan dan beberapa minuman kemasan. Siapapun boleh menitipkan jualanya di kantin dengan syarat tidak boleh sama dengan yang lain.
Ati ini berumur 49 tahun, tempat tinggalnya tidak jauh dari kampus IAINU. Perempuan ini tidak sendirian. Dia biasanya ditemani putrinya yang juga kuliah di kampus IAINU.
Belum ada satu bulan mengelola kantin, tetapi pendapatan yang diperoleh Ati cukup lumayan. Setiap bulan Ati membayar biaya sewa sebesar Rp400 ribu.
Tempatnya yang nyaman dan sudah difasilitasi dengan beberapa kursi yang melingkar dan juga gazebo, membuat para mahasiwa nongkrong.
Untuk sekadar ngopi, makan bareng bahkan diskusi. Biasanya kantin ditutup sekitar jam 16.00 sore dan buka kembali keesokan harinya sekitar jam 08.00 pagi.
Keberadaan kantin ini menjadikan kampus IAINU tak hanya menyelesaikan problem pendidikan tapi juga ekonomi masyarakat. Karena fasilitas kantin di lingkungan kampus ini ekonomi masyarakat bisa terbantu. Minimal dirasakan Ati, sang pengelola Yamahira.
Semula Ati berjualan ATK (alat tulis kantor) di sekitar SDN Kingking Kecamatan Tuban. Namun adanya pandemi Covid-19 usaha Ati sepi. Bahkan usaha itu terhenti. Sehari Ati mengaku bisa dapat untung minimal Rp200 ribu, di hari Senin sampai Kamis.
Kalau hari Jum’at dan Sabtu keuntungannya bisa lebih dari itu. Karena Jumat dan sabtu biasanya kampus ramai. Meskipun jumlah itu tidak pasti.
“Ini sangat membantu, Mbak, daripada di rumah saya pengangguran mending jualan di sini jadi saya bisa mempunyai kesibukan” ujarnya.
Setiap hari sehabis Subuh, Ati sudah mempersiapkan bahan-bahan yang akan dijualnya. Ati mempunyai pandangan yang berbeda terhadap usahanya yang sebelumnya. Jika sebelumnya para pembeli adalah anak-anak SD/SMP, namun saat ini pembelinya adalah para mahasiswa.
“Saya senang aja kalau melihat anak sekolah,” imbuhnya.
Ati mempunyai harapan terhadap usahanya di kampus IAINU Tuban ini.
“Pengennya sampai berlanjut, tapi ada tahapan-tahapannya. Juga untuk lebih berkembang, mungkin ditambahi lagi jualannya,” pungkasnya.(*)
Penulis : Nadiya Qurota Akyun dan Layyinatul Mursyidah
Editor : Sri Wiyono