Oleh : Ihda Shofiyatun Nisa’

Di era digital saat ini, media sosial termasuk story WhatsApp, telah menjadi bagian penting dari kehidupan kita. Meskipun memudahkan interaksi, ada risiko yang perlu diwaspadai.

Story WhatsApp tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga memicu masalah seperti penyebaran hoaks yang cepat, yang dapat menimbulkan kepanikan di kalangan banyak orang. Selain itu, pelanggaran privasi semakin marak, di mana informasi pribadi bisa diakses dan dibagikan tanpa izin, berpotensi merusak reputasi seseorang.

Cyberbullying juga menjadi ancaman serius, dengan individu yang menjadi korban serangan verbal tanpa konsekuensi bagi pelaku.

Siapa yang tidak mengenal fitur story di WhatsApp?

Fitur story telah menjadi salah satu cara paling populer untuk berbagi momen-momen berharga dalam hidup kita. Dengan story, kita bisa mengabadikan setiap detik berharga mulai dari senyuman teman, pemandangan indah, hingga momen-momen lucu yang tak terlupakan.

Namun di balik kesenangan itu muncul pertanyaan, apakah fitur ini hanya sekadar hiburan, ataukah ada ancaman yang mengintai?

Jika kita mengamati cara kerja Story WhatsApp, fitur ini memungkinkan pengguna untuk mengunggah foto atau video yang akan hilang dalam waktu 24 jam. Hal ini memberikan kebebasan bagi kita untuk berbagi tanpa merasa terikat karena kita tahu bahwa momen tersebut tidak akan selamanya ada di layar. Namun, kepraktisan ini juga membawa risiko tersendiri. Dengan kemudahan berbagi, muncul kemungkinan penyalahgunaan seperti penyebaran informasi yang tidak akurat atau pelanggaran privasi.

Beberapa konten yang sering dibagikan di story meliputi momen-momen sehari-hari, perjalanan seru, hingga makanan lezat yang baru dicoba. Tak jarang, pengguna juga berbagi tips dan trik, atau sekadar mengungkapkan perasaan mereka melalui kutipan inspiratif.

Interaksi sosial pun semakin hidup, di mana teman-teman dapat memberikan reaksi, komentar, bahkan berbagi story mereka sendiri, menciptakan jaringan koneksi yang lebih erat.

Awalnya, tujuan dari story ini adalah untuk menciptakan ruang bagi pengguna untuk berbagi momen-momen spesial dengan teman-teman dan keluarga. Ini adalah cara yang menyenangkan untuk menunjukkan sisi kreatif kita, dan untuk terhubung dengan orang-orang terdekat. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak yang mulai mempertanyakan dampak dari fitur ini.

Apakah kita benar-benar terhubung, atau justru semakin jauh dari kenyataan karena terlalu banyak menghabiskan waktu di dunia maya?

Jadi, apakah story WhatsApp ini adalah hiburan semata atau ancaman yang mengintai? Jawabannya mungkin tergantung pada bagaimana kita menggunakannya.

Dengan bijak, fitur ini bisa menjadi alat yang menyenangkan untuk berbagi kebahagiaan. Namun, jika kita tidak hati-hati, bisa jadi kita terjebak dalam dunia yang penuh dengan risiko.

Contoh-contoh resiko dari ketidak bijakan dalam membuat story Whatshaap!

Penyebaran informasi palsu, bayangkan sebuah kisah yang beredar di media sosial, menggugah emosi dan menarik perhatian banyak orang. Namun, apa yang terjadi ketika cerita tersebut ternyata adalah berita bohong?

Contoh nyata adalah ketika sebuah story viral menyebarkan informasi palsu tentang postingan yang mengklaim akan ada debat bagi para istri Capres dan Cawapres jelang Pemilu 2024.

Namun setalah dicek fakta “Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dan menemukan artikel berjudul “Debat Capres-Cawapres 2024 Dimulai Selasa 12 Desember 2023, Simak Jadwal Lengkapnya”.

Dalam artikel tersebut dijelaskan oleh Ketua KPU RI, Hasyim Asy’ari bahwa debat Capres-Cawapres akan berlangsung sebanyak lima kali.

Adanya fitur tangkapan layar (screenshot) yang sulit untuk dideteksi di WhatsApp juga menciptakan celah yang bisa dimanfaatkan. Informasi yang dibagikan oleh pengguna bisa dengan mudah disimpan dan digunakan untuk tujuan yang tidak baik, seperti pencemaran nama baik, pemerasan, atau bahkan pengintaian.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, informasi tersebut dapat disebarluaskan tanpa sepengetahuan pemiliknya, sehingga dapat mengancam privasi dan keamanan individu.

Bukan hanya itu, story WhatsApp telah menjadi panggung baru bagi perilaku bullying yang menyakitkan. Dengan satu klik, seseorang dapat menyebarkan rumor atau gambar yang merugikan, menjadikan platform ini sebagai alat yang ampuh untuk melukai perasaan orang lain.

Bayangkan, hanya dalam hitungan detik, sebuah cerita dapat menjelma menjadi senjata yang menghancurkan mental seseorang.

Salah satu kasus nyata yang mencolok adalah kisah seorang remaja berinisial A. Ia menjadi korban cyberbullying setelah foto pribadinya diunggah tanpa izin ke Story oleh teman dekatnya. Akibatnya, A mengalami tekanan psikologis yang mendalam, merasa terasing, dan kehilangan rasa percaya diri.

Dampak dari tindakan ini bukan hanya terlihat di permukaan, A berjuang dengan kecemasan dan depresi yang berkepanjangan, membuktikan bahwa cyberbullying tidak hanya menyakiti fisik, tetapi juga merusak jiwa.

Mari kita ingat, setiap cerita yang kita bagikan memiliki kekuatan. Mari gunakan kekuatan itu untuk menyebarkan kebaikan, bukan luka. Bayangkan, sebuah foto ceria yang kita unggah bisa disalahgunakan oleh orang-orang yang memiliki niat jahat.

Kasus pencurian identitas dan penipuan semakin marak terjadi, dan sering kali berawal dari kebocoran data pribadi yang tidak kita sadari. Informasi seperti tanggal lahir, lokasi, atau bahkan nomor telepon bisa menjadi senjata bagi para penipu untuk merusak hidup kita.

Jadi, sebelum kita menekan tombol ‘bagikan‘, mari kita pikirkan dua kali. Apakah kita siap menghadapi risiko yang mungkin muncul? Lindungi privasi kita, karena setiap cerita yang kita bagikan harusnya menjadi kenangan indah, bukan sumber masalah di kemudian hari.(*)

 

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *