IAINUonline – Mahasiswa KKN IAINU Tuban Kelompok 11 mengunjungi salah satu pengrajin alat musik tradisional yang masih eksis sampai saat ini di Desa Temandang, Kecamatan Merakurak. Yakni perajin gong atau gamelan.

Di Kabupaten Tuban, gong adalah musik yang selalu digunakan grup music tongklek. Kesenian musik tongklek di Kabupaten Tuban mulai berkembang dari tahun 2009 sampai sekarang. Akan tetapi, tidak banyak orang yang bisa memproduksi alat-alat musik tongklek tersebut.

Alat musik yang digunakan dalam kesenian tongklek antara lain, gong, gambangan, kempul, kenong, genjur, kentongan, dan masih banyak lagi alat-alat tambahan sesuai dengan ciri khas masing-masing grup tongklek.

Gong merupakan alat musik tradisional yang terbuat dati logam yang dalam budaya jawa tergabung dalam instrimen gamelan. Alat musik ini biasanya digunakan sebagai tanda permulaan dan akhiran lagu serta memberi rasa keseimbangan. Namun keberadaanya mulai sulit ditemui karena generasi saat ini lebih memilih menggunakan instrumen musik modern.

Meski begitu, pengrajin gong di Desa Temandang, Kecamatan Merakurak, Kabupaten Tuban masih terus memproduksi alat musik tradisional tersebut. Alat musik ini diproduksi oleh Kuswadi dan dibantu oleh anaknya.

Kuswadi tidak hanya memroduksi alat musik gong tetapi juga gamelan dan bonang. Di sisi lain dia juga menerima servis alat musik dari berbagai penjuru, mulai dari dalam kota sampai luar kota.

Awalnya alat musik ini dibuat oleh beberapa gabungan antarkomunitas. Namun seiring berjalannya waktu pembuatan ini dilakukan oleh individu. Pembuatan alat musik gong ini bertujuan untuk melestarikan budaya jawa yang ditinggalkan oleh nenek moyang terdahulu, kurang lebih pada tahun 1970-an.

“Tempat pembuatan alat musik ini ibaratnya sebagai pondasi musik, tidak terlihat tetapi berpengaruh besar sebagai pendukung berjalannya seni yang berhubungan dengan music,” tutur Kuswadi.

Kuswadi berpesan “Cah nom iku kudu iso ngelestarikno budoyo jowo, salah sijine yoiku seni musik, lan ojo nganti ilang jawane”. (Generasi muda harus bisa melestafrikan budaya Jawa, salah satunya adalah seni music, dan jangan sampai hilang jawanya)

Pembuatan alat musik pun masih sangat tradisional dan dikerjakan dengan cara manual, tangan manusia tanpa bantuan alat modern. Biasanya pembuatan alat musik persatuan membutuhkan waktu selama 15 hari. Untuk harganya sendiri berkisaran Rp500 ribu sampai  Rp3 jutaan.

Saat mahasiswa berkunjung ke lokasi, mendapati coretan di dinding tempat produksi alat music tersebut. Isinya ; SENI   : Sentuhan Rohani, Sentuhan Hati Nurani, BUDAYA   : Budi Daya. Dari mana datangnya lintah/ Dari sawah turun ke kali, Dari mana datangnya perintah/ Dari Allah turun ke hati.(*)

 

 

Penulis : Irma Eka Syura/ Evendi P

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *