SANTRI MELEK DIGITAL : Lakpesdam NU Tuban Menggelar Literasi Digital untuk Santri


IAINUonline – Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manasioa (Lakpesdam) PCNU Tuban menggelar seminar literasi gigital dengan tema “Generasi Melek Digital Sebagai Aksi Santri Menuju Industrialisasi”.

Kegiatan tersebut berlangsung di aula Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban dengan 200-an peserta yang datang secara offline dan ratusan peserta secara online.

Peserta berasal dari perwakilan pondok-pondok pesantren di sekitar Tuban serta badan otonom dan lembaga di PCNU Tuban dan lainnya. Dengan seminar ini diharapkan generasi NU dapat cakap dan bisa memanfaatkan peluang di era digital.

Sebab, saat ini semua telah dilakukan dengan serba digital mulai dari belanja, ojek, dan aktifitas harian lainnya. Dengan adanya teknologi yang semakin berkembang ini, diharapkan generasi NU bisa memanfaatkan dengan baik teknologi yang ada serta semakin melek dengan digital.

“Seperti contoh teknologi yang ada dibuat untuk semakin produktif seperti membuka usaha online serta semakin kreatif dengan membuat konten-konten di platform digital saat ini,” ucap Ketua Lakpesdam PCNU Tuban Ruwiyono.

Ruwiyono mengharapkan, agar para peserta setelah mengikuti kegiatan ini bisa menerapkan apa yang telah disampaikan oleh pemateri serta semakin produktif lagi.

Acara yang merupakan kerjasama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini dibuka Semuel Barijani Pengerapan Dirjen Aptika Kominfi secara daring. Juga ada sambutan langsung Ketua PBNU KH. Yahya Cholil Staquf juga secara daring.

Seminar mengadirkan tiga narasumber, yakni Ufi Ulfiyah pengurus Lakpesdam PBNU, Sri Wiyono Pimred blokTuban.com dan Tasyahudi Direktur Yayasan Srikandi Tuban.

Dalam materinya Ufi Ulfiyah mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi digital untuk para santri sebagai masa depan bagi negeri ini.

Menurutnya, santri harus memiliki skill digital di berbagai lini. Poin dalam seminar tersebut adalah digital skill, saat seseorang dapat lebih produktif lagi ketika menggunakan produk digital saat ini. Sedangkan digital etik adalah sebuah aturan, seseorang harus bijak menggunakan media sosialnya.

“Kami berharap agar pemerintah juga lebih memperhatikan santri agar memfasilitasi santri dengan adanya digital lab. Karena dengan itu santri lebih terkontrol dalam menggunakan dunia digital saat ini,” katanya.

Sementera Sri Wiyono menjelaskan, di balik manfaat dan peluang yang luar biasa di dalam dunia digital, namun juga ancaman yang tak kecil, jika dunia digital tidak digunakan secara baik. Dia mencontohkan media sosial yang snagat dahsyat dan massif dalam mengubah hidup seseorang dan mengubah perilaku masyarakat.

‘’Tapi harus hati-hati. Kalau dulu mulutmu harimaumu, di dunia dunia digital jarimua harimaumu. Sebab, dengan tulisan di unggahan media sosial, seseorang bisa terjerat hukum jika tak berhati-hati,’’ jelasnya.

Media sosial yang banyak mewarnai kehidupan saat ini, berbeda dengan media mainstream atau massa yang terdaftar dan  berizin. Karena perlakuannya beda. Jika media massa diatur secara khusus dengan UU nomor 40/1999 tentang pers. Sedang media sosial masuknya ke ranah KUHP dan UU nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

‘’Kedua UU tersebut mengarah pada pidana, pelakunya bisa dipenjara dan denda. Jadi harus bijak dalam bermedsos dan beretika dalam dunia digital ini,’’ katanya.

Sedang Tasyhudi menjelaskan, bahwa era digital bisa menjadi tantangan dan peluang tersendiri bagi kaum santri untuk berkembang. Bukan hanya bisa berpeluang dalam bidang ekonomi, namun bisa di bidang pendidikan dan keagamaan.

‘’Seperti  misalnya santri mengembangkan konten keagamaan yang aswaja atau mengembangkan islam yang rahmatan lilalamin, ini kan bagus. Dan peluang itu sangat terbuka di era digital,’’ tandasnya.(*)

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *