IAINUonline – Barang bekas yang tidak dipakai, tidak selamanya tidak bisa dimanfaatkan. Di tangan yang kreatif, bahan-bahan seringkali bisa diubah menjadi sesuatu yang berharga.
Program studi (prodi) Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Terbiyah Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban memiliki dua maskot yang sering ditampilkan dalam kegiatan-kegiatan di kampus IAINU.
Maskot itu berupa dua putri dengan busana yang indah dan menarik. Busana penuh warna dengan detail yang rapi. Sehingga, setiap kemunculannya sering menarik perhatian. Hingga banyak yang mengajak foto.
Namun, siapa sangka busana maskot tersebut dibuat dari bahan-bahan yang sebelumnya tak banyak dilirik. Misalnya kantong plastik bekas. Kantong plastik warna-warni itu menjadi sebuah gaun yang bagus. Indah dipandang dan nampak elegan.
Terlebih ditambah dengan asesoris tongkat dengan ujung berupa bunga yang juga terbuat dari plastik. Tongkat itu juga dilapisi dengan plastik.
Kemudian maskot kedua memakai busana yang terbuat dari bahan alam. Misalnya daun lontar kering, dan beberapa bahan dari tanaman kering, yang bagi sebagian orang tak berguna. Untuk asesoris membawa sebuah keranjang kecil yang berisi buah siwalan kering. Unik dan menarik.
Mayada Izzadul A’yun Ketua Himpunan Mahasiswa Prodi (Himaprodi) PGMI IAINU Tuban membenarkan bahan-bahan yang dipakai memang dari bahan bekas.
Tujuannya selain untuk mengurangi sampah, juga bisa menarik minat mahasiswa memanfaatkan bahan di sekelilingnya menjadi sesuatu yang berguna.
‘’Buktinya kita bisa membuat busana yang menarik dari bahan-bahan itu,’’ ujarnya.
Busana yang menjadi maskot PGMI itu., lanjutnya, tidak hanya untuk mahasiswa PGMI saja, karena jika pihak lain ingin memanfaatkan atau memakai busaha tersebut, bisa menyewa, sehingga bisa sama-sama merasakan kenyamanan memakai busana dari bahan-bahan bekas itu.
‘’Bisa menyewa ke kami kalau pengin menggunakan busana ini,’’ katanya.(*)