IAINUonline – Hari ini, Kamis (23/1/2025) pembukaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) oleh mahasiswa IAINU Tuban di MA Plus Sunan Drajat 7 di Palang Tuban. Selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), saya diminta hadir dalam forum itu.

Namun, sebelum menuju lokasi pembukaan, saya menyempatkan melihat lingkungan MA Plus Sunan Drajat. Sekolah ini sedang proses pembangunan. Tepatnya, proses renovasi. Renovasi yang diadakan lumayan besar.

Ada pembangunan gedung sekolah—yang direncanakan 4 lantai—namun yang sudah selesai baru gedung lantai 1 dan ada pula sebagian lantai 2 yang sudah jadi. Ada pula pembangunan gedung kantor madrasah. Selama proses renovasi, untuk sementara kantor madrasah diletakkan menjadi satu dengan kantor pondok Sunan Drajat 7.

Sesudah melihat lingkungan madrasah, saya dipersilahkan masuk kantor madrasah—yang untuk sementara menyatu dengan kantor pondok. Di dalamnya ada mahasiswa peserta PPL.

Tidak berselang lama, datang kepala madrasah, Muhammad Muhyiddin. Terjadi perbincangan antara kami di dalam kantor. Dalam perbincangan itu, diketahui bahwa MA Plus Sunan Drajat 7 Palang merupakan cabang dari pondok pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan. Akan tetapi, kepala madrasah tidak mengetahui secara persis ada berapa cabang pondok Sunan Drajat.

Awal mula berdirinya lembaga ini, tidak langsung berbentuk sekolah. Melainkan hanya berbentuk pesantren. Lambat laun santri semakin bertambah dan membutuhkan sekolah formal, akhirnya dibukakan MA Plus Sunan Drajat 7 ini. Pada awal berdiri, madrasah ini menginduk dengan madrasah lain yang ada di Palang. Untuk sekarang, madrasah ini sudah berdiri sendiri.

Setelah dari kantor madrasah, kami pun bergeser ke lokasi pembukaan PPL yang di tempatkan di lantai 2. Di lantai 2 ini, tamu undangan disambut dengan lagu dan salawat hadrah yang dimainkan sendiri oleh santri pondok Sunan Drajat 7. Sebelum mengakhiri alunan salawat, santri menutupnya dengan mahal al-qiyam.

Seremonial pembukaan PPL pun dimulai. Dimulai dengan pembacaan surat Al-Fatihah sebagai wadah ngalab barakah dan kelancaran acara. Dilanjutkan dengan sambutan. Sambutan perdana digunakan oleh perwakilan dari mahasiswa peserta PPL. Pada kesempatan ini, mereka diwakili oleh Amat Aristoteles.

Amat mengungkapkan bahwa ia dan teman-temannya merasa senang dan gembira karena sudah diberi izin oleh kepala madrasah untuk melaksanakan PPL di sana. Dan ia pun mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas izin yang diberikan.

Sambutan pun dilanjutkan oleh DPL, Nurul Hakim. Pada kesempatan ini, ia merasakan suasana yang luar biasa. Karena baru kali ini—selama menjadi DPL PPL—pembukaan PPL diikuti oleh seluruh guru dan siswa. Biasanya, pembukaan PPL hanya diikuti oleh dewan guru.

Pada kesempatan ini pula, ia mengucapkan permohonan maaf kepada kepala madrasah bila para mahasiswa IAINU yang akan melaksanakan PPL selama kurang lebih 1 bulan di lembaga ini ada tutur dan sikap yang kurang berkenan bagi sivitas MA Plus Sunan Drajat 7.

Ia pun menuturkan bahwa sebanyak 5 mahasiswa yang di tempatkan di sini, ada 2 yang sudah menikah dan 3 yang masih joko. Nah, jika ada santriwati atau pun siswi yang mau melirik ketiganya juga boleh, tandasnya. Tapi ada syarat yang perlu dipenuhi, yaitu apabila mau (ketiga mahasiswa tahu mau). Jika tidak mau ya tidak perlu dipaksa, selorohnya.

Sambutan terakhir diberikan kepada kepala madrasah. Pada kesempatan ini, ia mengungkapkan bahwa ia menerima dengan tangan terbuka mahasiswa IAINU Tuban melakukan PPL di MA Plus Sunan Drajat 7. Ia mempersilahkan mahasiswa mengeluarkan dan mengeksplor kemampuan terbaiknya di tempat ini.

Teori-teori yang yang sudah didapat dan dipelajari di IAINU dipersilahkan untuk diamalkan dan diimplementasikan di madrasah ini. Tetapi, mahasiswa juga perlu menyesuaikan dengan kondisi dan kenyataan dengan siswa yang dihadapi.

Kalau memaksakan seluruh teori yang telah dipelajari di IAINU harus diimplementasikan di madrasah ini tanpa melihat atau menyesuaikan dengan kondisi dan situasi juga kurang baik.

Di samping itu, kepada madrasah—dalam situasi guyon—juga menyoroti pernyataan DPL yang menyatakan peserta PPL masih ada tiga yang joko. Ia membolehkan siswi-siswinya menaruh hati pada ketiga joko ini tetapi tidak boleh melupakan bapak dan ibu guru yang selama ini sudah mengajar dan mendidiknya. Almuhafazah alal  qadimisshalih wal akhdzu bil jadidil aslah (tidak melupakan yang lama meskipun sudah ada yang baru).

Pada kesempatan ini pula, kepala madrasah menjelaskan terkait makna plus yang disematkan pada nama madrasah. Sebelumnya, ia menyatakan bahwa MA yang mengambil jurusan agama di Kabupaten Tuban ini hanya ada dua, yaitu di Jenu dan Palang ini. Selain kedua tempat ini, MA nya banyak yang mengambil jurusan selaian agama.

MA Plus, di samping ilmu agama dan umum yang diajarkan juga akan diajarkan skill di luar kedua disiplin itu. Untuk menghasilkan plus, para guru sering diadakan pelatihan. Makanya, guru-guru MA Plus Sunan Drajat 7 di samping punya gelar S.Pd atau pun M.Pd. juga punya gelar S.H. S.H. yang dimaksud olehnya adalah Suka Hotel.

Disebut demikian, lantaran para guru ini sering diajak pelatihan di hotel guna meningkatkan skill. Skill inilah yang digunakan untuk mewujudkan plus madrasah.

Karena itu, mahasiswa PPL ketika hendak melakukan PPL di madrasah ini sebelumnya ditanya punya kemampuan apa selain mengajar.

Yang punya kemampuan desain grafis, silahkan diamalkan di madrasah ini. Yang punya kemampuan gitar, silahkan diamalkan di sini. Dan yang punya kemampuan-kemampuan lain silahkan semua diamalkan di sini. Di sini semua itu sudah ada. Tinggal dimainkan dan dikembangkan. Begitu penjelasan kepala madrasah.

Seremonial pembukaan PPL diakhiri dengan doa dan ditutup oleh master of ceremony. Wallahu A’lam.(*)

 

Penulis :  Nurul Hakim

 

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *