Oleh: Supriyanto, M.Pd, Wakil Rektor Bidan Akademik
Pada November 2024 Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Prof. Abdul Mu’ti mengambil kebijakan (keputusan) tentang Pengajaran Matematika di Tingkat Pendidikan anak usia dini (PAUD) atau Taman Kanak-kanak (TK). Beliau mengatakan bahwa uji coba telah selesai dilaksanakan dan tinggal menunggu petunjuk teknis untuk pelaksanaan.
Gebrakan di awal kepemimpinan Menteri Pendidikan dasar dan menengah ini membuat banyak orang tua bertanya-tanya. Akankah matematika yang merupakan pelajaran sulit bagi sebagian siswa di jenjang pendidikan manapun (SD, SMP, SMA, maupun PT) mampu dipelajari dengan baik oleh anak-anak.
Melalui opini ini, penulis mencoba untuk mendeskripsikan bagaimana karakteristik matematika dan bagaimana matematika bisa diajarkan mulai dari anak usia dini.
Pengertian matematika
Matematika berasal dari Bahasa Latin mathematika yang awalnya dari Bahasa Yunani mathematike yang memiliki arti mempelajari, yang juga kata Mathema dengan arti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).
Kata mathematike berhubungan dengan kata lain yaitu mathein/mathenein dengan arti belajar (berpikir). Sehingga dapat diartikan bahwa matematika ialah ilmu pengetahuan yang didapat melalui berpikir (bernalar).
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam penalaran, bukan hasil eksperimen atau observasi matematika yang dibentuk dari pikiran manusia, yang memiliki hubungan dengan ide, proses, serta penalaran (Russeffendi ET)
Matematika pada hakikatnya merupakan proses berpikir yang menekankan pada penalaran karena pikiran manusia, pembelajaran matematika memiliki tujuan membangun konsep matematika dengan kemampuan terbentuknya pemahaman berdasarkan pengalaman.
Nikson (2004) menyatakan bahwa pembelajaran matematika ialah upaya membantu anak melalui proses internalisasi untuk mengontruksi konsep atau prinsip matematia terbangun kembali dengan kemampuan sendiri.
Tujuan pengembangan pembelajaran matematika pada anak usia dini
Secara garis besar, pembelajaran matematika pada anak usia dini memiliki dua tujuan umum, yakni 1) anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung/matematika, sehingga pada saatnya nanti anak akan siap mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih kompleks.
2) pembentukan sifat berpikir kritis dan kreatif dengan memperhatikan imajinasi dan curiousty peserta didik yang perlu dikembangkan sejak dini.
Di samping dua tujuan besar tersebut, melalui pembelajaran matematika diharapkan anak akan memiliki system sistematis sejak dini, dapat beradaptasi dan melibatkan diri dalam Masyarakat yang membutuhkan kemampuan menghitung, memiliki konsentrasi dan ketelitian.
Memiliki pemahaman konsep waktu serta memperkuat daya perkiraan kemungkinan-kemungkinan suatu kejadian dan menciptakan sesuatu secara spontan dengan kreatifitas dan imajinasi.
Dalam keseharian, pengetahuan matematika berguna bagi semua orang dari anak-anak hingga orang dewasa. Mengenalkan matematika sejak usia dini kepada anak membantu anak memiliki life skills (kecakapan hidup) di masa depan.
Hampir semua aspek kehidupan manusia berhubungan dengan matematika. Ketika ingin memasak nasi, kita harus mengukur seberapa banyak air yang diperlukan untuk membuat nasi matang dengan sempurna. Ketika berbelanja, kita harus paham nilai uang dan mampu menghitungnya.
Ada banyak alasan mengapa matematika perlu diajarkan sejak dini, diantaranya membiasakan anak untuk memecahkan masalah sehari-hari, sebagai sarana berpikir yang logis dan jelas.
Mengenalkan pola hubungan dan generalisasi, menjadi wadah untuk mengembangkan kreativitas dan untuk mengembangkan kesadaran perubahan budaya.
Prinsip pembejalaran matematika
Pembelajaran matematika pada prinsipnya dikenalkan melalui situasi di dunia nyata dari kehidupan sehari-hari yang anak-anak alami dalam bentuk cerita sederhana, sehingga menjadi sesuatu yang tidak asing bagi mereka.
Situasi ini kemudian dipetakan dalam bentuk model yang kemudian dirumuskan menjadi kalimat matematika dalam bentuk angka dan simbol (dunia matematika).
Setelah anak mampu melakukan pembelajaran dengan cara dunia nyata-model-dunia matematika, maka proses pembelajaran dibalik mulai dari simbol dan angka lalu dibuat modelnya yang akhirnya mampu diterapkan/ diaplikasikan dalam dunia nyata.
Melansir dari Kemendikbud ada beberapa konsep pembelajaran matematika pada anak usia dini (3-6 tahun) yaitu:
Mengembangkan konsep angka pada anak: Pada konsep ini terdapat perkembangan yang melalui 3 tahap yaitu: menghitung, hubungan satu-satu, dan menjumlah. Contohnya: ketika anak diminta oleh orang tuanya mengambilka 3 buah biskuit, lalu anak tersebut membawa 3 buah biskuit. Maka anak tersebut mengerti dan memahami tentang konsep jumlah.
Mengembangkan konsep pola dan hubungan: Mengenalkan pola dan hubungan pada anak usia dini bertujuan untuk mengenalkan dan menganalisa pola-pola sederhana, menjiplak, dan membuat perkiraan tentang kelanjutan pola. Contohnya: anak bermain membuat rantai gelang dari kertas warna putih, biru, hijau, putih, biru, hijau.
Mengembangkan konsep hubungan geometri dan ruang: Pada saat anak bermain dengan menggunakan balok, menggambar, dan menggunting bentuk-bentuk geometri sebenarnya anak sedang melakukan proses belajar tentang bangun datar.
Contohnya: anak bermain meniup busa sabun menggunakan sedotan plastik yang ditekukan pada bagian ujung sehingga membentuk lingkaran lalu diikatkan pada sedotan. Lalu mengajak anak mengamati bentuk gelembung-gelembung sabun ditiup anak akan seperti bentuk lingkaran.
Mengembangkan konsep pengukuran pada anak: Pada pembelajaran pengukuran dengan melakukan kegiatan yang membutuhkan kreativitas. Awalnya anak dikenalkan dengan konsep lebih panjang, lebih kecil, lebih ringan, dan lebih lambat.
Lalu mengajak anak menggunakan alat ukur bukan standar seperti, pita, sepatu, dan lain-lain. Contohnya: anak mengukur karpet dengan menggunakan pita.
Mengembangkan konsep pengumpulan, pengaturan dan tampilan data pada anak: Pada pembelajaran ini, awalnya anak diminta untuk memilih benda tanpa tujuan. Selanjutnya anak memilih mainan dengan tujuan.
Pada tahap yang lebih tinggi anak dapat memilih mainan berdasarkan lebih dari satu variabel, misalnya berdasarkan warna dan bentuk, atau warna, bentuk dan ukuran. Contohnya: anak mengumpulkan bermacam-macam daun, lalu mengajak anak mengelompokkannya sesuai bentuknya.
Bermain Matematika
Bermain matematika bagi anak usia dini merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengenalkan konsep- konsep matematika permulaan dengan cara bermain yang menyenangkan. Anak-anak sebenarnya mulai belajar matematika dalam kegiatan sehari-hari.
Ketika melihat jari-jari tangannya, anak akan belajar berhitung. Ketika anak memiliki 2 kue coklat dan 1 kue diberikan kepada ibunya, anak akan tahu bahwa kue coklatnya bersisa 1 buah. Keseharian anak sangat dekat dengan matematika, tetapi banyak yang memahami bahwa matematika hanya tentang angka, penjumlahan, dan pengurangan. Padahal, ada banyak konsep matematika permulaan lainnya yang perlu dikenalkan kepada anak.
Melalui kegiatan bermain matematika yang menyenangkan sejak usia dini, anak diharapkan mampu:
– membelajarkan anak konsep matematika yang benar dengan cara yang menarik dan menyenangkan menghindari ketakutan terhadap matematika sejak awal membantu anak belajar matematika secara alami melalui bermain
-menstimulasi aspek perkembangan kognitif anak untuk belajar memecahkan masalah, berpikir logis, kritis, dan kreatif mengenal konsep matematika secara matang sebagai dasar untuk kemampuan membaca anak (misalnya: kemampuan untuk mengenal bentuk, memahami posisi kanan kiri)
-membangun aspek sosial emosional, anak belajar untuk bekerja sama dengan teman atau orang dewasa, percaya diri, mandiri, sabar serta mampu belajar menaati aturan main.
Dengan pembelajaran yang menyenangkan melalui permainan diharapkan stigma negative tentang matematika tidak lagi dialami oleh anak. Dengan permainan matematika menjadi lebih menyenangkan.
Harapannya orang tua juga megambil peran yang cukup besar dalam mengenalkan matematika pada anak-anaknya.(*)