IAINUonline – Hakikat daun adalah diayun angin. Begitupun hidup, hakikat hidup adalah diayun berbagai ujian kehidupan. Waktu kecil, saya seringkali didawuhi guru ngaji saya tentang perjalanan hidup seorang Muhammmad SAW. Sedari lahir sampai dengan wafatnya beliau. Muhammad bin Abdullah adalah seorang yang dari kecil hidupnya penuh dengan penderitaan. Ditinggal ayah serta ibunya, menggembala waktu kecil, berdagang waktu remaja sampai tiba waktunya wahyu turun dan Ia menjadi Nabi, penderitaan itupun sama sekali belum berakhir.

Ia harus menerima penderitaan berupa cacian, makian, bahkan kekerasan yang dilontarkan oleh orang-orang yang tidak menyukainya. Bahkan ia harus menerima kebencian oleh pamannya sendiri Abdul Uzza atau akrab kita kenal Abu Lahab.

Perlu kita ketahui, ketika hendak meniru cara hidup Nabi Muhammad SAW. Hidup ini berbekal dua hal, yang pertama kebahagiaan dan kedua adalah penderitaan. Rasulullah, seperti yang saya deskripsikan diatas bukan main penderitaannya. Saya yakin, jika yang terjadi padanya menimpa manusia biasa seperti saya.

Saya akan bolak-balik sambat mengapa hidup dibuat semenderita itu. Namun pada kenyataannya sepanjang hidupnya Rasulullah tidak pernah menampakkan segala penderitaan yang Ia rasakan. Sebaliknya Ia tidak ingin ada yang merasakan penderitaan yang sama, seperti yang Ia rasakan.

Justru ia berbagi kebahagiaan yang ia dapat. Semua wahyu yang Ia dapat, Ia tumpahkan kepada semesta, semua harus mengetahui kebahagiaan tersebut.

Pada dasarnya hidup adalah, kebahagiaanmu bagi kepada yang lain dan simpanlah penderitaanmu dalam-dalam, jangan sampai diketahui orang lain.(*)

 

Penulis: Dian Efendi

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *