IAINUonline – Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Tuban Kiai Damanhuri menyatakan bahwa di Nahdlatul Ulama (NU) ada struktural dan kultural. Masing-masing mempunyai lapisan sendiri-sendiri.
‘’NU struktural itu kecil, yang besar itu NU kultural, maka jangan sampai struktural meninggalkan kultural yang lapisnya lebih besar, ‘’ ujar Kiai Damanhuri dalam hilalbihalal yang digelar keluarga besar Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban, Kamis (18/5/2023).
Kiai asal Rengel itu menyebut, jumlah pengurus struktural NU sangat sedikit dibanding warga NU kultural yang berada di luar struktur.
‘’Jumlah pengurus NU mulai ranting sampai PBNU hanya berapa jika dibanding banyaknya warga NU,’’ tambahnya.
Terkait dengan halalbihalal, Kiai Daman mengatakan bahwa acara tersebut sangat penting untuk menjalin silaturahim. Karena itu silaturahim harus ditradisikan karena banyak manfaatnya. Ada pemahaman yang bisa diperoleh dengan silaturahim.
‘Jika ada miskomunikasi dengan adanya silaturahim maka ada tabayyun dan saling faham,’’ jelasnya.
Soal kampus, harapan NU ke depan, lanjut Kiai Daman, dapat dipadukan antara intelektual pesantren dan kampus. Dia berharap IAINU Tuban menelorkan intelektual-intelektual kampus, begitu juga dengan pesantren dengan menghasilkan intelektual pesantren.
‘’Dua lapis itu harapannya bisa menjadi agen perubahan di masyarakat, ‘’ katanya.
Kedua intelektual itu menurut Kiai Daman sama. Bila terjadi kontradiksi terkait persoalan agama misalnya, maka intelektual kampus dan pesantren bisa memadukan. Misal ada ayat yang kontradiksi. Karena keduanya adalah intelektual atau ahlinya, maka bisa mengambil peran.
‘’Begitu juga begitu juga jika terjadi perbedaan menafsirkan statuta-statuta misalnya, maka dikembalikam pada ahlinya, atau pembuat statuta itu,’’ tandas Kiai Daman.
Sementara Ketua Badan Pengelola Pelaksana (BPP) IAINU Tuban KH.Mustain Syukur yang hadir langsung mengatakan, sangat senang bisa menghadiri undangan tersebut. Dia mengatakan, sangat senang kalau ada undangan dan badannya sehat sehingga bisa hadir.
‘’Seneng sekali karena benar-benar merasakan nikmatnya sehat. Karena pada awal tahun 2022 sempat sakit sampai 7 bulan,’’ ujarnya.
Sebagai Ketua BPP, Kiai Mustain secara khusus menyampaikan apresiasi dan penghargaan pada civitas akademika IAINU karena atas kerja kerasnya IAINU menjadi seperti sekarang ini.
‘’Ini murni milik NU, saya menjadi Ketua BPP karena di SK PBNU, begitu juga Rektor. Yang melantik BPP juga PBNU, yang saat itu diwakili Gus Yahya yang sekarang Ketua PBNU, ‘’ ungkapnya.
Karena itu, menurut Kiai Mustain, jika sekarang ada suara-suara yang mengatakan IAINU mau misahkan diri dari NU, itu tidak mungkin. Karena IAINU adalah milik NU secara lembaga berikut aset-asetnya.
Kiai Mustain juga mencuplik sedikti sejarah IAINU yang semula hanya cabang Fakultas Tarbiyah dari Unsuri Surabaya. Kemudian berubah menjadi STITMA dan berkembang menjadi IAINU seperti sekarang ini. Yang sebelumnya dimiliki oleh yayasan, dan sejak kepemimpinan Rektor Akhmad Zaini kepemilikan IAINU dan asetnya berada di lembaga NU.
‘’Begitu juga dengan tanah ini, dulu hanya sertifikat HGB selama 25 tahun, saat Pak Zaini menjabat batas waktu itu habis, sehingga kemudian disertifikatka atasnama NU. Sekarang statusnya menjadi hak milik NU sesuai sertifikat tersebut,’’ tegasnya.
Sedang Rektor IAINU Tuban Akhmad Zaini, S.Ag, M.Si karena acaranya halalbihalal, dia minta maaf kalau selama memimpin punya kesalahan. Silaturahim adalah salah satu upaya untuk menjalin ukhuwah. Menurut dia, selama ini IAINU sudah banyak bergerak, salah satunya adalah sudah menyiapkan untuk membuka program poascasarjana (S2) dan menyiapkan untuk membentuk universitas.
Menurut Zaini, IAINU harus terus berkembang karena tantangan untuk mengelola kampus semakin besar. Di Tuban, katanya, kampus yang berafiliasi ke NU saja ada 9 atau 10 kampus. Sehingga persaingan sangat tajam.
‘’Ini tantangan yang besar, karena itu ukhuwah harus terus dikuatkan, ikhtiar agar kampus berjalan baik terus dilakukan. Maka IAINU harus berkembang, sehingga kami sudah menyiapkan universitas,’’ ungkapnya.
Untuk menjadi universitas, lanjut mantan wartawan Jawa Pos ini juga tak mudah. Karena selain harus ada program S2 nya, juga ada syarat-syarat lain. Untuk membuka S2 juga tak mudah karena terkait SDM.
‘’Harus punya doktor yang cukup, sedang sekarang IAINU masih minim doktor. Namun, tak lama lagi punya banyak doktor karena sedang disiapkan beberapa doktor dari dosen IAINU sendiri,’’ katanya.
Halalbihalal dihadiri oleh seluruh pimpinan, dosen, karyawan beserta keluaganya. Hadir juga Ketua dan pengurus BPP serta pengurus PCNU Tuban. Acara digelar di aula KH. Hasyim Asy’ari IAINU Tuban.(*)