IAINUonlineSebagian umat islam terkadang masih bingung dalam menunaikan zakat fitrah di bulan Ramadan. Hal yang sering kita dengar dikalangan masyarakat umum adalah mengenai kadar atau bentuk zakat fitrah yang harus diberikan kepada orang yang berhak menerimanya.

Simak penjelasan zakat fitrah dalam Madzhab Syafi’yah.

  1. Pengertian Zakat Fitrah

Zakat secara bahasa artinya membersihkan dan berkembang. Sedangkan menurut isthilah syara’ adalah sesuatu yang dikeluarkan atas nama harta atau badan. sementara kata al fitrah diambil dari firman Allah SWT dalam al Quran:

فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا.

Artinya: “fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu”.(QS. ar Rum, 30).

  1. Dasar Hukum Zakat Fitrah

Zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap muslim laki laki maupun perempuan. Sebagaimana hadist shahih Ibnu Umar dalam riwayat Abu Daud :

فَرَضَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكاَةُ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ، عَلَى كُلِّ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ. رَوَاهُ اَبُوْدَوُدُ

Artinya: ” Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah di bulan Ramadan sebesar satu sha’ kurma atau anggur bagi setiap muslim laki laki atau perempuan merdeka ataupun hamba sahaya”.(HR. Abu Daud.1611)

Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz al Malibary mengutip perkataan Imam Nafi’ : zakat fitrah dibulan ramadan sama seperti sujud sahwi dalam salat yaitu menyempurnakan kekurangan puasa ramadan sebagaimana sujud sahwi menyempurnakan kekurangan dalam salat.

Hal ini sesuai dengan hadist shahih Ibnu Abbas riwayat Abu Daud yang berbunyi:

فَرَضَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ زَكَاةُ الْفِطْرِ طُهْرَةٌ لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ والرَّفَثِ …رواه أبو داود

Artinya : “Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah yang membersihkan orang puasa dari hal yang tak berguna dan keji”.(HR. Abu Daud. 1609)

  1. Waktu Wajib Membayar Zakat Fitrah

Waktu kewajiban membayar zakat fitrah dimulai setelah matahari terbenam diakhir Ramadan malam idul fitri. Kewajiban tersebut bagi orang yang menjumpai dua masa, yaitu masa akhir bulan Ramadan dan masa awal syawal malam idul fitri.

Mengenai hal tersebut, ulama menjelaskan zakat fitrah tidak wajib bagi bayi yang dilahirkan pada awal syawal malam idul fitri, sebab bayi tersebut tidak menjumpai masa akhir ramadan, Berbeda dengan orang yang meninggal dunia pada awal syawal malam idul fitri, maka orang tersebut tetap diwajibkan membayar zakat fitrah karena telah menjumpai masa akhir ramadan dan masa awal syawal malam idul fitri.

Zakat fitrah boleh ditunaikan pada awal bulan ramadan, akan tetapi umat islam disunahkan membayar zakat fitrah waktu pagi hari raya idul fitri sebelum melaksanakan salat idul fitri. sebagaimana hadist ibnu Umar Ra dalam riwayat al Bukhari:

أَمَرَ بِهَا اَنْ تُؤَدِّيَ قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ إِلىَ الصَّلَاةِ

Artinya: Rasulullah SAW memerintahkan membayar zakat fitrah kepada umatnya sebelum melaksanakan salat idul fitri. (HR. Bukhari.1432).

Namun zakat fitrah tidak boleh ditunda sampai melewati hari raya idul fitri kecuali ada uzur yang menghalanginya, seperti harta atau orang yang menerima zakat sedang tidak ada. Jika menunda tanpa ada uzur sampai melewati hari raya idul fitri, maka ia berdosa dan wajib menggantinya (qadha’).

  1. Kadar Zakat Fitrah

Menurut Syafi’yah dikutip dari al Fiqhul al Manhaji karya Dr Mustafa al Bugha menjelaskan, bahwa umat islam wajib membayar zakat fitrah dibulan ramadan  sebesar 1sha’  sesuai makanan pokok negaranya. Sebagaimana yang digunakan Rasulullah SAW, kadar tersebut setara 4 mud atau setara dengan 3 liter, mengenai kadar tersebut, jika dikonversikan menjadi 2400 gram atau setara 2,4 kg. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kewajiban setiap individu umat islam adalah membayar zakat fitrah sebesar 3 liter atau setara 2,4 kg.

Syaikh Nawawi Banten menjelaskan dalam Nihayatu az Zain, maksud makanan pokok adalah suatu makanan ketika tidak tersedia menyebabkan manusia tidak bisa bertahan hidup. Berbeda dengan sesuatu makanan yang dimakan untuk pengobatan atau cemilan seperti buah semangka, delima dan lain lainnya.

  1. Zakat Fitrah Dalam Bentuk Uang

Dalam Madzhab Syafi’yah yang dijelaskan dalam al Fiqh al Manhaji karya Dr Mustafa al Bugha, bahawa zakat fitrah tidak boleh dibayar dalam bentuk uang, bahkan dalam Madzhab Syafi’yah mengaharuskan umat islam membayar zakat fitrah dalam bentuk makanan pokok sesuai negaranya.

Mengenai hal ini, Dr Mustafa al Bugha tidak mempersoalkan umat islam mengikuti Madzhab Hanafiyah yang memperbolehkan membayar zakat fitrah dalam bentuk uang, karena hal tersebut lebih sempurna dan memudahkan serta memberi manfaat kepada fakir miskin daripada zakat fitrah berupa makanan pokok. Menurutnya, zakat fitrah dalam bentuk uang dapat menyesesuaikan dengan kebutuhannya.

  1. Syarat Menunaikan Zakat Fitrah

Syarat membayar zakat fitrah ada dua : Syarat ini juga berlaku untuk zakat mal.

Pertama, niat didalam hati bukan dengan ucapan. Niat zakat tidak harus dibarengkan saat menyerahkan zakat hal ini karena dianggap menyulitkan, akan tetapi niat zakat boleh dilakukan ketika memisahkan bagian harta zakat dari tempatnya, atau saat menyerahkan zakat kepada wakil atau seorang imam, akan tetapi bagi wakil atau imam yang lebih utama melakukan niat zakat kembali saat membagi bagikan zakat kepada orang yang berhak menerimanya.

kedua, memberikan kepada orang yang berhak menerima zakat (mustahiqqin) yaitu mereka yang termasuk delapan golongan, sebagaimana firman Allah SWT dalam al Quran :

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.(QS. at Taubat, 60). Wallahualam

 

Penulis: Masroni

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *