IAINUOnline – Bumi Manunggal, dulu tidak seperti ini. Hamparan tanah kering berbatu di sepanjang Jalan Manunggal, Tuban, Jawa Timur itu tampak gersang, sepi dan lengang. Setidaknya itu terlihat pada medio 1990 an saat penulis sering berinteraksi di tanah merah berbatu itu. Bisa dibayangkan masa-masa sebelumnya seperti apa.

Bumi Manunggal,  begitu kemudian hamparan tanah di sana kemudian sering disebut, lalu menjelma menjadi pusat pendidikan. Banyak lembaga pendidikan terhampar di sana. Baik lembaga pendidikan negeri maupun swasta. Beberapa sekolah, dan perguruan tinggi berdiri di Bumi Manunggal. Lalu belakangan muncul madrasah.

Khususnya di tanah yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU), Bumi Manunggal penuh dengan penggalan-penggalan sejarah. Kisah heroik dan penuh perjuangan untuk menjaga lembaga pendidikan di bawah naungan NU, yang kala itu digawangi Lembaga Pendidikan Ma’arif tetap eksis. Ada mimpi, kelak lembaga pendidikan yang dikelola NU akan berkembang di sini.

Menengok tahun 1990 an, barangkali terselip pesimis dalam hati. Karena kondisi miris kala itu. Hanya ada beberapa bangunan, dengan fasilitas minim yang terus bernafas dan menjaga agar terus hidup. Meski mengkis-mengkis, mimpi untuk maju dan berkembang terus menyala.

Itulah semangat dan kelebihan orang-orang NU yang masih memelihara harapan dan keyakinan di tengah keterbatasan. Terus berjuang lahir batin. Doa-doa terus dilantunkan dengan upaya lahir memelihara kondisi yang sudah ada dengan tekun.

Saat ini, lembaga pendidikan di Bumi Manunggal NU ada yang sudah maju, berkembang dan tumbuh, haqqul yakin, hal itu tak lepas dari doa dan ketulusan para pejuang-pejuang terdahulu yang mendarmabaktikan tenaga dan pikirannya untuk memajukan pendidikan NU.

Sebut saja ada SMK Yayasan Pendidikan Maarif (YPM) yang sudah maju, ada Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) yang makin berkembang, dan tumbuh Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama (MINU) Hidayatun Najah yang tumbuh bagus. Ada juga MTs Maarif. Semuanya berada di bawah bendera besar NU. Ke depan, lembaga-lembaga pendidikan ini akan berkembang dan semakin membesarkan nama NU di Bumi Wali.

Sebelum bangunan-bangunan itu bertebaran, para tokoh NU kala itu harus berjuang, berdarah-darah. Harus mengorbankan tenaga, fikiran bahkan harta. Bagaimana upaya menjadikan Bumi Manunggal yang berada di bawah NU itu menjadi legal, sah dan secara administratif tidak bisa diutak-atik oleh pihak lain. Semua itu harus diperjuangkan.

Akar sejarah dan mimpi itulah yang 17 April 2022 malam berusaha untuk diingat-ingat. Bagi yang sudah tahu sejarahnya, menjadi semakin yakin dan mantab, sedang bagi yang belum tahu, menjadi tahu sehingga semakin menghargai jerih payah para pejuang terdahulu, dengan menjaga dan memajukan lembaga yang ada di Bumi Manunggul tersebut.

Himpunan Mahasiswa Program Studi (Himaprodi) Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah IAINU Tuban menggelar acara Purnama di Atas Bumi Manunggal, Sejuta Munajat dengan Lantunan Salawat. Sebuah kegiatan yang digelar untuk munajat dan menghidupkan malam Ramadan dengan berbagai tampilan.

Banyak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang dilibatkan dalam pentas ini. Selain dari Prodi Manajemen Dakwah sendiri yang menampilkan Akustik Dakwah, juga tampil grup Albanjari dengan syair-syair salawat dan pujiannya.

Ada penampilan UKM Silat Pagar Nusa dan penampilan UKM seni dari Saung Artma yang menyuguhkan teater. Juga ada cemarah oleh Ning Zee atau Nur Fauziah Ulfah salah satu ustadzah jebolan Akademi Sahur Indonesia (AKSI) yakni ajang pencarian ustadz dan ustadzah yang digelar salah satu stasiun televisi nasional.

Dengan beragam tampilan itu, diharapkan, seluruh mahasiswa dan civitas akademika IAINU Tuban merasa memiliki Bumi Manunggal sebagai pusat pengembangan ilmu, pusat pendidikan dan pusat mencari pengetahuan. Sehingga bersama-sama menjaga dan mengembangkan.

Setidaknya itu yang disampaikan Jamal Ghofir S.Sos.I, MA, Dekan Fakultas Dakwah IAINU Tuban. Dia berharap, acara malam itu adalah awal yang baik untuk menggerakkan semua komponen yang ada di Bumi Manunggal untuk maju bersama, berkembang bersama dan bersama-sama menjadikan Bumi Manunggal sebagai pusat pendidikan.

Diharapkan akan semakin banyak muncul kegiatan-kegiatan positif yang bisa mendongkrak dan memajukan seluruh lembaga pendidikan NU di Bumi Manunggal tersebut. Sebab, Bumi Manunggal memang diharapkan menjadi pusatnya pendidikan NU di Tuban yang maju, berkualitas dan modern, tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman Ahlussunnah wal Jamaah Annahdliyah.(*)

 

Penulis/editor : Sri Wiyono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *