Oleh : Dian Rustyawati

‘Kita takkan pernah tahu akan seperti apa nantinya’ – Penggalan judul dari sebuah artikel di Hipwee ini cukup mampu menggambarkan situasi jika kita menarik ingatan ke 15 tahun yang lalu.

Ada hal-hal yang mungkin tidak pernah terbayangkan akan terjadi, sekarang terjadi. Ada hal-hal yang dulu pernah dipertanyakan, sekarang menjadi hal yang lazim bagi kebanyakan orang.

Pada tahun 2009 lalu, ada seorang teman yang memposting sebuah twit di Twitter, mempertanyakan keputusan para wanita muda yang membeli hijab seharga Rp 100.000,-. Saat itu, bagi sebagian besar wanita, harga hijab seratus ribu menjadi sebuah  fenomena baru yang memancing perdebatan.

Namun, kondisi sekarang menunjukkan sebaliknya. Menjadi hal yang lumrah bagi para wanita untuk membeli hijab dengan harga ratusan ribu. Fenomena ini mendorong munculnya berbagai brand fashion muslim baru di pasaran dan memiliki banyak peminat.

Pertumbuhan industri fashion muslim di Indonesia tidak lepas dari fakta bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah umat muslimnya terbesar di dunia. Sekitar 87% dari populasi Indonesia dan 11,7% dari total populasi umat Islam di dunia (World Population Review, 2024).

Kehadiran industri fashion muslim memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi kreatif, meningkatkan rantai pasok, memperluas jangkauan pemasaran global, dan meningkatkan pengalaman berbelanja yang lebih personal bagi konsumen.

Saat ini ada banyak brand fashion muslim yang bermunculan. Salah satunya, Buttonscarves. Buttonscarves merupakan life style brand yang target awal pasarnya hanya untuk perempuan, tetapi sekarang juga untuk pria. Buttonscarves memiliki logo khas yang merupakan penggabungan huruf ‘B’ dan ‘S’. Logonya seperti angka 8,

Diawali dengan one single category yaitu hijab atau scarf, saat ini Buttonscarves menyediakan kebutuhan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Saat ini, Top Three Lini Produk Buttonscarves yaitu hijab atau scarf, tas, dan busana atau apparel.

Brand yang didirikan oleh Linda Anggrea pada bulan Maret tahun 2016 ini menjadi salah satu brand fashion muslim yang bertumbuh menjadi industri yang agile – yang terus bertumbuh dengan ‘raport’ baik.

Hal ini dibuktikan dengan Buttonscarves berhasil memenangkan penghargaan Asia’s Best Performing Companies dari ACES Leadership Award Tahun 2024 di Thailand (Thailand Business News, 2024).

Pertumbuhan Buttonscarves ini tidak lepas dari filosofi Kaizen yang diterapkan dalam perjalanan pengembangan bisnisnya. Kaizen berasal dari Bahasa Jepang “Kai” yang memiliki arti berubah dan “Zen” yang artinya kebijaksanaan.

Filosofi Kaizen merupakan sebuah prinsip hidup (dari Jepang) yang berfokus pada perbaikan berkelanjutan dengan melakukan perubahan kecil secara bertahap.

Filosofi kaizen yang diterapkan oleh Buttonscarves dalam pengembangan bisnisnya, di antaranya : perubahan kecil, melibatkan banyak pihak, melakukan perubahan secara bertahap, berinovasi, dan menginiasi perubahan yang menyenangkan.

Perubahan Kecil

Perubahan kecil dapat menghasilkan dampak besar karena pengaruhnya yang berakumulasi seiring waktu. Perubahan kecil yang diulang-ulang dapat berlipat-lipat, dan dampaknya bisa menjadi luar biasa nyata setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Hal ini pula yang dilakukan oleh Buttonscarves. Perubahan-perubahan kecil dilakukan di berbagai lini perusahaan, khususnya dalam pengembangan 3 produk unggulan mereka.

Melakukan Perubahan Secara Bertahap

Customer Buttonscarves punya ekspektasi yang sangat tinggi terhadap brand ini, karena memang dari lini produk pertama Buttonscarves yaitu hijab, merupakan item fashion premium dan kualitas tinggi.

Karena itu, Buttonscarves selalu berusaha menghadirkan produk-produk berkualitas tinggi. Namun, dalam perjalanannya, Buttonscarves sempat mengalami kendala dalam bisnis karena adanya kesalahan teknis pada produksi tas Buttonscarves sehingga dianggap “failed’, sehingga mendapat banyak keluhan dari pembeli.

Menghadapi hal ini, Buttonscarves berusaha mendengar keluhan dan menganggapnya sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri. Sejak itu, Buttonscarves melakukan pivot bisnis dengan mengupgrade bahan-bahan produksi tas menggunakan genuine leather untuk memenuhi ekspektasi pembeli yang menganggap Buttonscarves selalu menyediakan yang terbaik.

Inovasi

Diawali dengan memproduksi 1000 pcs hijab yang tidak berhasil dijual karena gagal produksi, Buttonscarves tertantang untuk terus memperbaiki diri agar diterima oleh pasar. Buttonscarves terus melakukan inovasi – inovasi pada produk hijabnya dengan memperkuat ciri khas, seperti membuat pinggiran hijab lasert cut yang sangat khas serta memasang logo logam Buttonscarves pada salah satu ujung hijab.

Inovasi ini berhasil menarik minat banyak konsumen sehingga produk hijabnya selalu laris di pasaran.  Selain berinovasi dengan ciri khas produk, Buttonscarves juga berinovasi pada strategi pemasarannya.

Untuk memperkuat eksklusifitasnya, Buttonscarves mendirikan gerai di mall-mall besar di Jakarta, seperti: Plaza Indonesia, Gandaria City, Senayan City, dan lainnya. Selain itu, Buttonscarves juga mengusung tema yang berbeda pada setiap peluncuran produknya (Febri Rakhmawati, 2022).

Melibatkan Banyak Pihak

Dalam pengembangan bisnisnya, Buttonscarves bekerjasama dan melibatkan berbagai pihak, seperti pihak-pihak yang terlibat pada proses produksi.  Kontraktror luar negeri yang membantu membangun gerai di Malaysia, dan juga komunitas BS Lady di berbagai kota di Indonesia.

BS Lady merupakan sebutan untuk pecinta scarves Buttonscarves yang saling terhubung karena kesamaan minat terhadap produk Buttonscarves. Pelibatan Komunitas BS Lady merupakan Organic Community Marketing, strategi yang memanfaatkan interaksi antarBS Lady pada media sosial yang menjadi ajang bagi BS Lady untuk berdiskusi, menjual ataupun membeli semua produk dari Buttonscarves. (Arsj, 2022)

Menginiasi Perubahan yang Menyenangkan

Selama ini brand lokal identik dengan harga murah. Karena itu, Buttonscarves untuk mempenetrasi pasar, sehingga bisa mengubah image brand lokal yang sering dipandang sebelah mata, menjadi brand kualitas tinggi yang mampu bersaing dengan brand internasional.

Hal ini dibuktikan dengan Buttonscarves berhasil menembus pasar ASEAN, di mana sudah memiliki gerai fisik di Malaysia. Gerai ini berdiri karena keberadaan Buttoscarves berhasil menarik minat pembeli, sehingga menjadi salah satu pilihan fashion halal di Malaysia.

Filosofi kaizen yang diterapkan oleh Buttonscarves berhasil membawa brand ini menjadi salah satu brand fashion muslim yang sangat diminati di Indonesia. Peningkatan kualitas serta inovasi berkelanjutan, membuat Buttonscarves menjadi market leader di industry fashion muslim.(*)

 

 

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *