IAINUonline – Ada unit kegiatan mahasiswa (UKM) Saung Art-Ma di kampus Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban. UKM ini didirikan sebagai wadah mengembangkan minat bakat mahasiswa di dunia seni, mulai dari seni rupa, teater, tari, dan musik.

UKM Saung Art-Ma ini diresmikan pada tanggal 09 Juni 2012. Berawal dari keinginan beberapa mahasiswa untuk mengembangkan minat bakatnya di bidang kesenian. Bersama teman-temannya dan mendapatkan dukungan dari Drs. Ali Fauzi yang kemudian menjadi pembina UKM Saung Art-Ma, unit kegiatan ini didirikan.

Ocha salah satu pegiat Saung Art-Ma mengatakan, semua mahasiswa harusnya tau apa itu UKM Saung Art-Ma dan tidak boleh melewatkan kesempatan untuk gabung di UKM ini. Menurut dia, hidup adalah seni dan pergerakan manusia adalah seni.

‘’Bahkan makan saja ada seninya, rugi kalau tidak diikuti,’’ ujarnya.

Beberapa orang yang belum mengenal kesenian, kata dia, pasti mengira bahwa orang yang dekat dengan kesenian adalah orang yang aneh dan tidak memedulikan penampilan. Imbasnya dikira tidak bisa menghargai orang lain.

Namun stigma itu hilang saat dia mulai terjun dan mengenali dunia kesenian. Bahwa orang yang nyeni itu orang baik yang mencoba untuk menjadi dirinya dan apa adanya.

“Saya suka seni, karena seni bisa menyatukan kita dengan alam, mendekatkan kita dengan Tuhan, hidup adalah seni. Pokoknya semua mahasiswa IAINU Tuban wajib ikut UKM kesenian. Yang bilang nggak penting ikut seni, perlu ngopi sama saya,’’ tambah Ocha yakin.

Dia mengaku sudah bergabung hampir 3 tahun di Saung Art-Ma. Sejak pertama kali dia masuk kuliah di tahun 2018, dia sudah memilih UKM itu untuk mengekspresikan diri.

“Tidak perlu berbakat untuk gabung di Saung Art-Ma, karena bakat itu bisa dibentuk, bakat itu kebiasaan, jadi nggak usah takut kalau mau gabung,” katanya.

Dia mengatakan, tidak banyak dari kita merasa bahwa hanya orang beruntunglah yang bisa beranggapan bahwa hidup adalah seni. Namun, kita pun harus percaya bahwa setiap insan diberi kesempatan yang sama. Setiap hidup adalah indah, dan yang indah disebut seni.

‘’Itulah mengapa dikatakan hidup adalah seni,’’ tandasnya.

Di masa pandemi seperti sekarang ini banyak sekali kegiatan yang sering ditunda, bahkan dibatalkan. Lain halnya dengan kegiatan salah satu teater di kampus IAINU Tuban. Pandemi bukan menjadi alasan untuk tidak berkegiatan. Hal itu dibuktikan dengan kegiatan Sabtu 06/03/2021 lalu.

Pentas perdana, begitu para pegiat teater itu menyebutnya.  Kata yang sudah tak asing lagi didengar para pelaku teater di UKM ini. Pentas perdana merupakan kegiatan lanjutan dari diklat yang sebelumnya telah dilalui oleh para calon anggota UKM.

Diklat menjadi salah satu bagian dari proses para calon anggota UKM Saung Art-Ma. Karena seorang mahasiswa akan dinyatakan sebagai anggota teater Saung art-Ma ketika mereka telah selesai melalui kedua tahapan itu.

Pandemi bahkan tidak membuat semangat mereka pudar. Sebaliknya pandemi telah berhasil membuat semangat berproses mereka semakin berkobar. Dimulai dari awal proses sampai pada pentas perdana.

Dengan tetap memenuhi protokol kesehatan, pentas perdana berjalan dengan lancar dan kemudian menjadi awal bagi anggota baru UKM Saung Art-Ma untuk bergabung.

Ini menjadi suatu peristiwa penting bagi UKM Saung Art-Ma, terutama bagi para anggota baru UKM. Ada banyak latihan yang rutin mereka lakukan. Seperti olah tubuh agar tubuh mereka tetap fit dan siap dengan segala yang akan terjadi ketika pentas.

Ada pula olah vokal yang juga salah satu komponen penting dalam pentas. Sebab, vokal dan volume suara yang baik akan menjadi salah satu penunjang tersampaikannya pesan bagi para penikmat seni.

Menjadi bagian dari pelaku teater adalah suatu kebanggaan bagi mereka para pecinta seni. Dengan senilah mereka berkarya dan mengekspresikan diri mereka. Dan lewat karya seni itulah mereka memperkenalkan kepada dunia bahwa seni itu indah.

Dan lewat proses para pelaku seni menyadari, pelajaran yang sesungguhnya dari suatu pentas seni bukanlah ketika mereka menampilkan karya seni mereka, akan tetapi ketika mereka berproses untuk mempersiapkan karya tersebut.(*)

 

Penulis : Siti Lailatul Mufidha/Nila Apriliana

Editor : Sri Wiyono

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *