IAINUonline – Seluruh mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) kelas A semester lima Institut Agama Islam Nadhlatul Ulama (IAINU) Tuban, mengunjungi destinasi wisata yang bertempat di Malang yaitu Air Terjun Coban Rondo dan Santerra de Laponte.
Kegiatan kunjungan tersebut dilaksanakan dalam rangka implementasi salah satu mata kuliah yaitu mata kuliah metode pembelajaran PAI yang bertema “Praktek dan Penerapan Metode Karya Wisata” yang dilaksanakan pada bulan November 2023 lalu didampingi dosen pengampu, Ibu Rr. Kusuma Dwi Nur Ma’rifati,M.Pd.I dan Kaprodi PAI, Ibu Ana Achoita,M.Pd.
Seperti halnya kelas yang lain, dalam penerapan metode tersebut, kelompok yang bertugas mempraktekan juga mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan. Seperti makalah materi, persiapan outbond simple, hasil laporan dan dokumentasi kegiatan. Pada proses penerapan dan praktek metode karya wisata tersebut terlaksana dengan antusias yang luar biasa dari mahasiswa.
Air terjun Coban Rondo tersebut dipilih menjadi salah satu destinasi wisata yang dikunjungi karena cerita legenda asal muasal dinamakannya air terjun tersebut yang sangat menarik dan cocok untuk model pembelajaran karya wisata.
Sejarah air terjun Coban Rondo tersebut berawal dari adanya sepasang pengantin yang bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi dan suaminya Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmara. Setelah usia pernikahan mencapai 36 hari atau dikenal dengan istilah selapan, Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmara.
Keduanya sempat dilarang pergi oleh orang tua. Namun mereka tetap bersikeras melanjutkan keinginannya. Hingga akhirnya, sesampainya di tengah jalan, pasangan suami istri itu bertemu dengan Joko Lelono.
Joko Lelono yang tidak jelas asal usulnya terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati. Ia berusaha untuk merebut Dewi Anjarwati dari tangan Raden Baron. Perkelahian pun terjadi, Raden Baron lalu meminta agar Dewi Anjarwati disembunyikan di tempat yang ada air terjunnya.
Perkelahian sengit terjadi selama tiga hari tiga malam antara Joko Lelono dan Raden Baron, hingga keduanya meninggal dunia karena perkelahian itu.
Sejak saat itu, Dewi Anjarwati berstatus janda atau rondo. Air terjun tempat Dewi Anjarwati menunggu suaminya itu pun diberi nama Coban Rondo yang artinya air terjun janda. Konon, batu besar yang ada di bawah air terjun itu merupakan tempat duduk Dewi Anjarwati sembari menunggu suaminya.
Selain cerita legenda asal muasal air terjun coban rondo yang terkenal, ada pula mitos-mitos yang dipercayai seputar air terjun yang satu ini. Di antaranya yaitu larangan membawa kekasih bagi yang belum menikah karena dipercayai tidak akan sampai ke pelaminan karena Dewi Anjarwati tidak mau melihat orang lain senang atas kesedihannya yaitu di tinggal mati oleh suaminya tercinta. Dan masih banyak lagi mitos-mitos tentang air terjun Coban Rondo ini.(*)
Reporter : Dhea Shefira Cindy Oktavia, PAI 6 A