IAINUonline – Topeng adalah benda yang dipakai menutupi wajah sebagai penokohan di dalam suatu pertunjukan. Biasanya topeng sering dipakai seorang penari untuk memerankan tokoh tertentu. Topeng di kesenian daerah umumnya untuk menghormati sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi kesenian dan cara penerapannya juga ber aneka ragam.
Peranan topeng yang besar sebagai simbol-simbol khusus dalam berbagai upacara dan kegiatan adat yang luhur. Tidak hanya karena keindahan yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah topeng tetap mampu memancarkan kekuatan mistis yang sulit dijelaskan.
Sedangkan Barongan adalah figur salah satu jenis topeng dalam mitologi Bali dan Jawa, yang dalam penampilannya digambarkan dalam berbagai bentuk samaran seperti binatang, dan yang terpopuler serta dipuja dari semuanya adalah figure makhluk berkaki empat atau berkaki dua dengan kepala singa.
Keanekaragaman jenis barongan di Jawa berkembang sesuai kultur kedaerahan masing-masing. Perbedaan itu juga tampak jelas pada jenis kesenian barongan yang berkembang di Kabupaten Tuban khususnya di daerah Kecamatan Tambakboyo.
Selain bentuk topeng dan jumlah pemain tokoh barongan yang berbeda, ada ciri khusus kearifan local atau setempat yang di kecamatan Tambakboyo dalam penamaannya bukanlah kesenian barongan melainkan Kesenian Thak-Thakan.
Istilah ini diambil dari bunyi yang keluar dari mulut topeng tokoh utama ketika dimainkan yang berbunyi “thak ,, thak ,, thak,,”. Maka dari bunyi tersebut muncullah nama dari kesenian tersebut yang hingga saat ini di namakan KesenianThak-Thakan.
Di Kecamatan Tambakboyo sendiri ada 10 desa yang memiliki paguyuban thak-thakan. Akan tetapi ada satu paguyuban di suatu desa yang hingga go internasional yang kemarin mewakili Tuban untuk tampil di Konferensi Asia Afrika yang bertempat di Bandung, yakni ‘Paguyuban Thak-Thakan Gembong SinggoLawe’ yang berasal dari desa Belikanget.
Dalam pertunjukan Thak-Thakan terdiri dari tokoh Thak-Thakan, Kirik Kikek, Genderuwo, dan Wewe Gombel serta iringan music berupa kendang, nongning (duabilah bonang), gedok, kempul, ada pula suara pemusik.
Menurut bentuk sajian pertunjukan kesenian Thak-Thakan dengan penokohan makhluk ghaib, serta disajikan secara kirab keliling desa, tidak menutup kemungkinan kesenian tersebut awalnya sebagai prosesi tolakbalak atas keselamatan sebuah wilayah atau desa dari kekuatan tidak baik atau roh-roh jahat.
Kesenian ini berdiri pada tahun 2016 yang mana pada awal mula berdirinya, baju dan topeng thak-thakan yang di gunakan terbuat dari bahan kardus. Hingga saat ini sedikit demi sedikit pengerajin baju dan topeng mulai mencari idea idea yang dapat memikat hati para masyarakat ketika thak-thakan ditampilkan.
Baju dan topeng yang digunakan para pemain thak-thakan ini murni terbuat dari tangan pengerajin yang berasal dari desa Belikanget. Kini baju dan topeng yang di hasilkan lebih menarik dan sangat modern, akan tetapi tidak meniggalkan cirri mistis dan kearifan local dari desa tersebut.
Penampilan thak-thakan dapat dibilang sangat unik dan mempunyai ciri khas tersendiri yang membedakan dengan barongan (thak-thakan di luar Tuban). Jika barongan di luar Tuban dimainkan oleh 1-2 saja namun berbeda dengan thak-thakan ini yang dapat dimainkan oleh 3 orang sekaligus.
Bukan hanya itu, pada umumnya orang yang hendak memainkan topeng barongan di luar Tuban dibutuhkan kekuatan gigi untuk menopang topeng tersebut, namun berbeda dengan thak-thakan yang justru membutuhkan kekuatan otot tangan untuk memainkan/menggerakkan topeng yang akan menghasilkan suara “thak,,thak,,thak”. Selain itu didalam kesenian ini tidak ada penari jaranan melainkan diganti dengan tokoh unik yang disebut kirikkikek.
Thak-thakan masih sangat kental dengan unsure mistisnya. Sebelum penampilan thak-thakan, pemain thak-thakan melakukan serangkaian prosesi ritual. Ritual tersebut bertujuan untuk memanjatkan do’a kepada sang hyang widhi dan roh nenek moyang untuk meminta keselamtan.
Permohonan keselamatan ditujukan untuk para pelaku dan terselenggaranya pertunjukkan thak-thakan, serta keselamtan untuk seluruh warga desa. Dalam kesenian ini menampilkan 4 tokoh utama dalam kesenian thak-thakan yakni: tokoh thak-thakan, Genderuwo, Wewegombel, dan kirik kikek.
Setiap tokoh tersebut memiliki sifat dan karakter serta makna yang berbeda-beda, akan tetapi masing-masing dari tokoh tersebut menyimbolkan kebaikan dan keburukan dalam kehidupan dan sifat serta karakter pada makhluk hidup.
Uniknya yang lain dari kesenian thak-thakan desa Belikanget ini adalah setiap mereka tampil pasti menceritakan alur/cerita yang berbeda dan cerita tersebut dibuat oleh pengerajin dari kesenian thak-thakan tersebut.
Maka keunikan-keunikan serta kreatifitas yang di hasilkan dari Paguyuban Gembong Singolawe inilah yang membuat thak-thakan dari desa belikanget ini hingga Go Internasional. Thak-thakan yang dimainkan dan diarak mengelilingi desa sebagai symbol membersihkan dan menjaga desa serta membuang hal-hal negative yang terjadi pada desa tersebut.
Oleh karena itu thak-thakan diarak melalui jalan-jalan desa hingga mengelilingi seluruh desa dan diiringi alat music tradisional.
Itulah sedikit cuplikan dari kesenian yang bernama thak-thakan yang ada di desa Belikanget Kecamatan Tambakboyo Kabupaten Tuban yang sudah Go Internasional, bahkan akan mewakili Indonesia untuk tampil di luar negeri.
Jika ingin mencapai kata sukses maka harus bersusah payah terlebih dahulu, tidak ada kata sukses tanpa peluh perjuangan.(*)
Penulis : Mahasiswa KKN Tematik Kelompok 05 Belikanget