SIAPKAN PERKULIAHAN : Rapat Pimpinan dan Dosen IAINU untuk Menyiapkan Perkuliahan
IAINUonline – Perkuliahan tahun akademik (TA) 2021/2021 Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban direncanakan dimulai September depan. Untuk persiapan tersebut, seluruh dosen di kampus milik Nahdlatul Ulama (NU) ini dikumpulkan dalam rapat bersama.
Pertemuan dipimpin Wakil Rektor Bidang Akademik IAINU Tuban Drs. Imam Supriyadi M.PdI didampingi Wakil Rektor Bidang Keuangan, SDM dan Sarana Prasarana Isnawati Nur Afifah Latif, M.PdI.
Hadir juga KH Ahmad Syariful Wafa, S.Pd, MA dan Dr Ir. M. Amenan mewakili Badan Pengelola Pendidikan (BPP) PC NU Tuban.
Kepada para dosen Imam Supriyadi menyampaikan kalender akademik agar dosen tahu jadwal selama satu tahun ke depan. Sehingga, para dosen bisa menyesuaikan dengan kalender akademik tersebut jika akan membuat kegiatan.
Karena perkuliahan saat ini sedang libur dan masih ada waktu kosong, sehingga ada waktu untuk mahasiswa yang belum untuk memroses kartu rencana studi (KRS) bisa menyelesaikan KRS nya.
‘’Untuk dosen-dosen wali diminta membantu mahasiswa mengisi KRS,’’ ujar Imam Supriyadi.
Dalam bidang akademik, Imam Supriyadi menyampaikan kebijakan pemerintah untuk bidang pendidikan. Yakni membekali generasi emas dengan ketrampilan abad 21.
Kualitas karakter yang ingin diwujudkan adalah generasi yang religius, nasionalis, berintegritas, mandiri, gotong royong, toleransi, tanggungjawab, kreatif dan peduli lingkungan.
Sedang kompetensi yang ingin diraih generasi muda bisa berfikir kritis, kreatif inovatif, komunikatif dan kolaboratif. Sedang literasi dasarnya adalah literasi kebahasaan dan literasi berhitung.
Para dosen diminta untuk memacu mahaasiswa meningkatkan kualitas akademiknya. Misalnya untuk mahasiswa semester 5 ke atas nanti harus ada karya semacam jurnal minimal dengan 15 halaman yang sudah diselesaikan. Para dosen diminta mendorong, mendukung dan memfasilitasi.
Dalam hal Tri Dharma perguruan tinggi, beban dosen mengajar variatif, ini mempertimbangkan jabatan, NIDN, potensi NIDIN dan sebagainya. Hanya, dosen diminta memanfaatkan anggaran penelitian, baik yang mandiri, dari Dikti maupun dari IAINU sendiri.
‘’Untuk yang ini, kampus menyediakan anggaran per semester 5 kelompok, dengan anggaran masing-masing kelompok Rp5 juta. Sedang untuk pengabdian kepada masyarakat (PKM) juga ada anggaran Rp3 juta untuk setiap kelompok yang melaksanakan. Produk dari dua hal ini adalah jurnal yang nantinya menjadi kekayaan kampus ,’’ jelas Imam.
Sementara, KH.A.Syariful Wafa mewakili BPP menjelaskan, setiap langkah harus selalu berhati-hati dan dipikirkan dulu matang-matang dampak baik dan buruknya.
Dalam keluarga besar IAINU ini, kata dia, semua adalah saudara. Sehingga harus dekat, saling membantu dan menjadi satu tim yang tangguh untuk membangun IAINU menjadi kampus yang maju.
‘’Kabeh sak dulur, sedulurane wae direkatkan, itu jauh bermanfaat. Jangan tonjolkan irinya, jangan tonjolkan egonya,’’ katanya.
Kalau ada yang merasa punya jasa besar pada kampus, lanjut Kiai Wafa, sebaiknya minta imbalan pada Allah saja. Karena jasa besar itu termasuk amal saleh yang manusia tidak akan mampu membayarnya.
‘’Jadi eman kalau minta bayaran dari manusia. Yang dimiliki manusia tidak cukup untuk mbayari itu,’’ ungkapnya.
Jika nanti karena kerja keras dan kerja tim yang solid ini bisa menjadikan kampus maju, dan memenuhi tuntutan masa depan, maka tidak perlu repot-repot lagi mencari kampus bagus.
“Sedulurane diapii, ayo membangun kampus ini baik-baik. Nanti bisa menerima mahasiswa S2, S3 dan seterusnya. Sehingga anak-anak kita nanti tidak perlu jauh-jauh mencari kampus,’’ ajaknya.
Kiai Wafa juga berpesan dengan menyitir salah satu pepatah dan syiir yang isinya nasehat. Bahwa ada tiga hal yang bisa membuat kegagalan. Yakni karakter pemuda yang ceroboh, grusa-grusu dan tanpa pikir panjang dalam menentukan sesuatu.
‘’Namun karakter muda juga banyak positifnya, yakni semangat, cerdas, berdaya ingat kuat dan memiliki ambisi atau syahwat,’’ terangnya.
Karakter kedua yang bisa memicu kegagalan adalah nganggur. Orang atau pikiran yang dibiarkan menganggur bisa dimasuki fikiran-fikiran jelek, atau niat dan ide yang jelek. Sehingga, sebisa mungkin manusia harus selalu bekerja atau berkegiatan agar terhindar dari pikiran-pikiran jelek.
Yang ketiga adalah karakter merasa cukup. Misalnya merasa cukup ilmu sehingga tak mau belajar lagi, merasa cukup tinggi pangkatnya sehingga tak mau bergaul dengan yang lebih rendah dan sebagainya.
‘’Semua karakter itu berbahaya,’’ tandasnya.(*)
Penulis/editor : Sri Wiyono