IAINUonline
Abstrak
Pendidikan di Indonesia secara kuantitatif telah mencapai kemajuan yang signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan statistik bahwa 67,24% penduduk Indonesia telah terbebas dari buta aksara. Namun keberhasilan ini tidak diikuti oleh keberhasilan output pendidikan.
Berbagai permasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia, misalnya: merosotnya moral anak bangsa, kurangnya etos kerja, rendahnya keterampilan, korupsi dan meningkatnya pengangguran intelektual.
Setidaknya, ada tiga faktor penyebab permasalahan pendidikan di Indonesia dari aspek pembelajaran, pertama, pendekatan dalam pembelajaran, selama ini pendidikan dan pembelajaran hanya menekankan pada keseragaman perilaku, yang diharapkan adalah keteraturan, keteraturan dan kepastian. Kedua; perubahan kurikulum.
Seringkali perubahan kurikulum menyebabkan kebingungan guru dalam menentukan arah pembelajaran, dan yang ketiga adalah kompetensi guru. Solusinya adalah. Hendaknya seorang guru memandang siswa sebagai pribadi yang harus dikembangkan, dan dibekali dengan pemecahan berbagai permasalahan kehidupan, tujuan akhir pembelajaran yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Metode konvensional dan modern harus diterapkan secara seimbang. Seorang guru harus menguasai empat kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Dan guru harus menjadi panutan bagi peserta didiknya.
Kata kunci: pendidikan bermasalah, pembelajaran, kompetensi guru.
Pendahuluan
Persoalan pendidikan di Indonesia begitu komplek. Berbagai problematika muncul tidak hanya dalam permasalahan konsep pendidikan, peraturan, dan anggaran saja, namun persoalan pelaksanaan pendidikan dari berbagai sistem d Indonesia juga turut serta menambah kom- pieknya problematika pendidikan di Indonesia.
Sejak bergulirnya cra reformasi, banyak kalangan terperanjat dengan problemarika pen- didikan yang ada di negara kita ini. Hal ini ber- mula dari penilaian banyak orang terhadap out put hasil pendidikan di Indonesia yang belum sesuai dengan tujuan pendidikan di Indonesia.
Kemerosotan moral anak-anak bangsa, etos ker- ja yang kurang, keterampilan yang masih ren- dah, korupsi yang kian bertambah dan angka penganggaran dari kalangan intelektual (sar- jana) dari hari ke hari angka statistiknya kian naik. Tentu hal ini sangat memprihatinkan bagi kalangan pemerhati pendidikan di Indonesia, hingga berujung pada satu kesimpulan bahwa ada yang salah dalam sistem pendidikan di negara kita. Dan perlu adanya perbaikan yang menyeluruh terhadap masalah pendidikan di negara kita ini.
Asri Budiningsih dalam bukunya belajar dan pembelajaran menuliskan bahwa memasuki era milenium ketiga, masyarakat dan bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri menghadapi berbagai tuntutan global. Tidak hanya berupa materi namun pengetahuan dan keterampilan yang cukup memadai hendaknya dimiliki olela generasi muda kita. Anak-anak bangsa perlu di- persiapkan menjadi generasi yang tangguh, siap bersaing dan berkompeten.
Maksudnya anak- anek dipersiapkan menjadi pribadi yang berfikir kreatif, mampu mengambil keputusan tepat, mencahkan masalah, belajar bagaimana belajar, berkolaborasi dan pengeloalaan lembaga sekolah yang benar.
Dari uraian problematika di atas, penulis akan memfokuskan tulisan ini pada problema- tika pendidikan dari aspek pembelajaran, mengapa terjadi problem hingga tidak mendapatkan murid sama sekali di SDN Kedungrejo 2 ini.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan atau field research yakni penelitian yang dilaksanakan secara sistematis untuk mengambil data di lapangan. Dengan pendekatan menggunakan penelitian kualitatif. Yaitu penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilaksanakan dalam menemukan dan mendeskripsikan suatu kegiatan yang dilakukan.
Untuk metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif merupakan suatu metode yang melukiskan, mendeskripsikan, serta memaparkan apa adanya kejadian objek yang diteliti berdasarkan situasi dan kondisi ketika penelitian itu dilakukan.
Dengan instrumen pengumpulan datanya dengan observasi yaitu peneliti melihat langsung ke lokasi sekolah dan juga dari beberapa jurnal yang sudah diterbitkan baik itu nasional maupun internasional.
Selanjutnya penyajian data setelah data dipilih dan hasil observasi dan wawancara di deskripsikan dan hasil tersebut disusun menjadi sebuah kalimat yang terorganisir, langkah yang terakhir adalah verifikasi yaitu peneliti bisa membuat hasil temuan dari hasil analisis yang sudah diperoleh tersebut.
Hasil Pembahasan
*Penyebab tidak adanya siswa yang mendaftar di SDN Kedungrejo 2
Memasuki tahun ajaran baru, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Kedungrejo, Desa Kedungrejo, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban, tak dapat murid baru. Meski demikian pada hari pertama masuk sekolah, Senin (17/7), para guru dan murid SDN setempat tetap menggelar apel sebelum bersiap masuk kelas.
Tentu tak seperti Sekolah Dasar Negeri di tempat lain, ratusan murid berbaris di lapangan. Di SDN 2 Kedungrejo ini hanya tampak 15 siswa yang berada di tengah lapangan, dari kelas 1 hingga kelas 6.
Pada tahun ajaran 2024 ini, SDN 2 Kedungrejo hanya mendapatkan 3 murid baru, sehingga ada satu ruang kelas yang kosong yaitu ruang kelas 5 tampak kosong dan tak terpakai, karena tidak ada siswa kelas 5. Hanya terlihat kursi dan meja guru, sementara untuk kursi siswa ditempatkan di kelas lain.
Guru Kelas IV SDN 2 Kedungrejo, Dina Endrian mengaku kesulitan mendapatkan murid sejak 4 tahun yang lalu. Selain karena sarana dan prasarana yang kurang memadai, tidak adanya taman kanak-kanak di dekat setempat, juga menjadi salah satu penyebabnya. “Sudah 4 tahun kesulitan dapat siswa. Kendalanya karena prasarannya. Lantainya mungkin kurang layak bagi murid.
Lanjutnya, kondisi ini membuat para orang tua lebih memilih mendaftarkan anaknya di sekolah lain. Agar mendapatkan murid pada tahun ajaran selanjutnya, pihak sekolah akan berkolaborasi dengan pihak desa untuk mengadakan TK dan Paud. Sehingga jika nanti murid-murid lulus dari TK dan PAUD setempat maka kemungkinan besar peluang untuk mendapatkan murid bisa lebih banyak lagi.
Padahal di desa Kedungrejo sendiri terdapat tiga dusun yaitu dusun Luwuk, dusun puter, dan juga dusun penemon. Yang mana masing-masing dusun ini memiliki sekolah sendiri SDN Kedungrejo 1 terdapat di Luwuk, SDN Kedungrejo 2 terdapat di penemon, dan MI Al falahiyah terdapat di puter.
Menurut hasil penelitian kami mengapa SDN Kedungrejo 2 tidak mendapatkan murid itu, karena kebanyakan yang sekolah di SDN Kedungrejo 2 itu anak-anak dari dusun penemon, sedangkan dari beberapa tahun yang lalu anak-anak penemon banyak sekali yang sekolah PAUD atau TK nya di luar Kedungrejo yaitu di desa Kasiman atau desa sebelah utaranya Desa Kedungrejo, sehingga jika sekolahnya di desa sebelah maka otomatis para orang tua juga akan menyekolahkan SD di desa sebelah tersebut, ujar Bu Ulya guru SDN KEDUNGREJO 2.
Maka dari itu mulai tahun ini dibangunlah sebuah cabang sekolahan PAUD/TK, di sebelah SDN Kedungrejo 2 agar anak-anak Kedungrejo bisa sekolah PAUD di situ dan melanjutkan pendidikan di desanya sendiri.
Upaya yang Dilakukan Guna Meningkatkan Minat Sekolah di SDN Kedungrejo 2
Pendidikan merupakan sebuah komponen yang sangat penting di dalam kehidupan manusia, pendidikan bisa diartikan sebagai sebuah proses yang mampu mengubah dan mengatur tingkah laku seseorang peserta didik, supaya mereka bisa menjadi seseorang yang mampu hidup dengan mandiri dan mampu beradaptasi sebagai warga masyarakat.
Pendidikan juga harus mampu memungkinkan seseorang itu mengenal dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan, serta bangsa negaranya, dan mampu menjadi warga negara yang patuh akan pedoman bangsa. Di dalam pendidikan sudah pasti adanya sebuah proses pembelajaran.
Seorang pendidik dituntut untuk memiliki berbagai pengetahuan, pengalaman maupun pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran, yang dapat menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pemerintah setempat Desa Kedungrejo mengupayakan membuat sebuah bangunan TK/ Paud di dekat SDN Kedungrejo 2, karena jika di dekat SDN Kedungrejo 2 tersebut terdapat sekolahan PAUD maka orang tua para peserta didik juga akan memasukkan anak-anaknya di SDN Kedungrejo 2. Dan juga agar tidak jauh dari desa tempatnya tinggal yang mana para siswa-siswi yang sekolah di SDN Kedungrejo 2 ini dominan dari anak-anak Dusun Penemon.
Kesimpulan
Menurut hasil penelitian kami mengapa SDN Kedungrejo 2 tidak mendapatkan murid itu, karena kebanyakan yang sekolah di SDN Kedungrejo 2 itu anak-anak dari dusun penemon, sedangkan dari beberapa tahun yang lalu anak-anak penemon banyak sekali yang sekolah PAUD atau TK nya di luar Kedungrejo yaitu di desa Kasiman atau desa sebelah utaranya Desa Kedungrejo, sehingga jika sekolahnya di desa sebelah maka otomatis para orang tua juga akan menyekolahkan SD di desa sebelah tersebut, ujar Bu Ulya guru SDN KEDUNGREJO 2. Pemerintah setempat Desa Kedungrejo mengupayakan membuat sebuah bangunan TK/ Paud di dekat SDN Kedungrejo 2, karena jika di dekat SDN Kedungrejo 2 tersebut terdapat sekolahan PAUD maka orang tua para peserta didik juga akan memasukkan anak-anaknya di SDN Kedungrejo 2. Dan juga agar tidak jauh dari Desa tempatnya tinggal yang mana para siswa-siswi yang sekolah di SDN Kedungrejo 2 ini dominan dari anak-anak dusun penemon.(*)
*KKN IAINU Tuban Desa Kedungrejo Kerek
DAFTAR PUSTAKA
Nurul Afifah. (2015). Problematika Pendidikan Di Indonesia (Telaah Aspek Pembelajaran). Jurnal vol.1. STAIN Jurai Siwo Metro.
Ishaq Tholani. (2013). Problematika Pendidikan Di Indonesia (Telaah Aspek Budaya). Jurnal vol.1 No. 2. STKIP Muhammadiyah Sorong.