IAINUonline – Selama dua hari 23-24 Agustus 2022 keluarga besar Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Tuban menggelar rapat kerja (raker) dan studi banding di Jogjakarta. Salah satu kampus yang dituju adalah UNU Jogjakarta.

Raker tersebut juga dihadiri perwakilan dari Badan Pelaksana Penyelenggara (BPP) IAINU tuban. Selain diikuti oleh rektor dan para wakil rektor, juga diikuti para dekan, kaprodi, ketua dan anggota lembaga, Kepala Unit Pengembangan Lembaga Binaan, Kepala Unit Pengembangan Kampus, Kepala Unit Pusat Studi Qur’an, Kepala Unit Pengembangan Bahasa Asing, Kepala Unit Pengembangan Binis, Kepala Biro dan para Kepala Bagian.

Raker tersebut di antaranya membahas program-program strategis yang akan dilaksanakan IAINU Tuban ke depan. Sehingga, semua komponen mempunyai pemahaman yang sama dan punya visi yang sama untuk bersama-sama mengembangkan kampus.

Rektor  IAINU Tuban H. Akhmad Zaini, S.Ag, M.Si saat membuka raker mengatakan, pertemuan singkat ini agar dimanfaatkan untuk membahas persoalan yang betul-betul penting. Meski dana yang dikelaurkan tidak tergolong banyak, kata dia, namun dana ini adalah dari mahasiswa, sehingga harus digunakan dengan penuh tanggungjawab.

‘’Saya berharap dari pertemuan ini akan muncul ide dan program yang sangat baik ke depan,’’ ujarnya.

Saat ini, lanjut Rektor, dia melihat sistem di IAINU sudah mulai jalan. Sehingga agar dilanjutkan dan dijaga agar ritme tersebut bisa terus dipertahankan dan ditingkatkan. Misalnya Lembaga Penjamin Mutu (LPM) sudah merencanakan banyak program, begitu juga dengan unit yang lain.

‘’Dekan juga harus betul-betul merasa ada ruang yang harus diperjuangkan dan dimajukan,’’ tambahnya.

Karena pilihan untuk terjun di dunia pendidikan ini sangat baik, lanjut Zaini, sehingga jangan sampai merasa atau menganggap bergelut di dunia pendidikan ini seperti menjadi pekerja di pabrik, datang ke tempat kerja dan mengeluarkan tenaga lalu menantikan imbalan, tapi ada hal-hal luhur yang harus diperjuangkan.

Menurut Zaini, sistem harus dibangun dengan baik, di NU naik turunnya pengurus juga pengaruh pada kegiatan di bawahnya, termasuk IAINU yang ada di bawah naungan NU. Pada Januari 2023 nanti akan ada konfercab NU, sehingga bakal ada perubahan kepemimpinan. ‘’Semoga pemimpin yang terpilih nanti adalah pemimpin yang pro dan peduli IAINU, sehingga bisa berjuang bersama untuk memajukan IAINU,’’ harapnya.

Sementara perwakilan dari BPP KH Syariful Wafa menambahkan, raker adalah agenda yang sangat penting untuk mengembangkan lembaga pendidikan dan kampus kebanggaan NU Tuban ini.

‘’Saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya pada rektorat dan tim, semoga dalam raker ini betul-betul  dibahas dengan cermat semua perencanaan yang sudah dibuat, untuk mengawal dan menyongsong peradaban baru di Tuban,’’ pesannya.

Kiai Wafa menambahkan, sering di antara kita terjadi lompatan-lompatan. Kadang kita mengukur dari ekonomi, popularitas, pendidikan, agamanya, budanya atau ukuran-ukuran lain untuk menilai kesuksesan seseorang.

Dia mencontohkan komunitas Ciatayam misalnya. Gelaran fashion atau peragaan busaha yang sebelumnya hanya dilakukan di tempat-tempat khusus dan terbatas, bisa digelar di jalanan. Jika peragaan busaha di tempat khusus hanya bisa diakses kalangan jetset, warga kaya raya dan terkenal, namun fashion di Citayam bisa dihadiri siapa saja dan dari golongan mana saja.

‘’Dan, Citayan fashion weeks itu menjadi sangat viral dan mengalah yang sudah-sudah terkenal itu,’’ ungkapnya.

Kiai Wafa menjelaskan, tokoh yang memoles fashion week di Citayam juga hanya anak-anak punk, ada Jeje, Bonge dan lainnya yang semula tidak dianggap. Bonge misalnya, kata Kiai Wafa, yang semula bukan siapa-siapa, saat ini sudah kaya raya, naik Alphard dan terkenal.

‘’Namun, apakah seperti itu ukurannya kesuksesan seseorang? Kita yang di dunia pendidikan tentu punya pendapat lain. Misalnya di pendidikan harus ada nash, teks, buku dan sebagainya. Kurikulum merdeka juga harus diperhatikan, belajar yang merdeka itu yang bagaimana?

Saat ini, urai Kiai Wafa, jamannya digital, banyak anak lebih suka lihat youtube daripada membaca buku. Hal itu bukan tidak bagus dan tetap ada manfaat, tapi yang bergelut di dunia pendidikan harus punya ide, gagasan dan inisiatif untuk tetap menjaga marwah pendidikan.

‘’Tuban pelan-pelan sudah mulai ke daerah industri, dulu 20 tahun lalu santri-santri saya tanya ke depan mau apa, rerata santri yang banyak anak dari petani kaya ini tidak ingin menjadi petani. Karena mereka salah memaknai, dan target atau goal kesuksesan itu bukan sebagai petani, karena petani dianggap kurang bergengsi, atau kerja rendahan,’’ ungkapnya.

Padahal, kata Kiai Wafa, sebagai santri dan kader NU, dia mengatakan istilah hidup mandiri itu tidak ada. Sebab, tidak ada yang bisa hidup tanpa bantuan orang lain, semakin ke depan kita faham bahwa kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.

‘’Orang sekolah semakin tinggi stratanya, semakin kecil wilayah yang ditekuninya, ada dokter-dokter  spesialis, yang sudah profesor juga semakin sempit yang ditekuni. Ini menguatkan bahwa masing-masing individu sebagaimana mana kuat dan kayanya, selalu berhubungan dan kerjasama dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu,’’ tandasnya.(*)

Bagikan Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *